Kronogram Somordhaksan (Sumur Dhaksan) Sampang Madura



Bukti dari sumber sejarah lain ditemukan pada bagian timur Kota Sampang berupa gua tempat tinggal kuno yang telah runtuh dan kronogram pada dinding bagian dalam sumur yang oleh penduduk setempat dinamakan Somordhaksan.
Berdasarkan peninggalan berupa gua tempat tinggal kuno itu dapat ditafsirkan bahwa gua tersebut merupakan sebuah pertapaan (#1) karena orang biasanya berdiam di tempat semacam itu ialah pertapa (resi). Hal ini dapat dikaitkan dengan nama Somordhaksan, karena kata Dhaksan diduga berasal dari kata Dyaksa (kepala/ketua), misalnya Dharmadyaksa (kepala agama), Decadyaksan (tetua desa). Jadi Somordhaksan berarti sumurnya dyaksa dalam hal ini kepala agama yaitu petapa (resi).



Mengenai waktu pembuatan gua pertapaan Somordhaksan itu dapat dihubungkan dengan kronogram pada dinding bagian dalam Sumur yang berupa gambar Kuda - Raksasa (butho) - Kuda. Terdapat beberapa penafsiran mengenai penentuan tahun dari kronogram itu, diantarangya :

1. Oudheidkundig Verslag, 1929 (buku)menjelaskan bahwa perkiraan candrasangkala dari Somordhaksan itu bertahun 1327 atau 1027. Bagaimana keterangan penentuan tahun 1327 atau 1027 tersebut tidak diketahui, sebab nilai gambar-gambar itu ialah Kuda = 1, Raksasa (butho) = 5, Kuda = 1. Jadi bertahun 151 atau lengkapnya tahun 1151, Karena bilangan-bilangan dalam kesatuan candrasangkala tidak pernah ditinggalkan, maka bilangan ribuannya pasti angka 1.
Berdasarkan keterangan tersebut diketahui ada tiga penafsiran untuk menetapkan tahun candrasangkala di Somordhaksan yaitu tahun-tahun 1327, 1027 dan 1151.
Mengenai penetapan tahun 1327 ialah tahun 1327 C = 1405 AD, maka dapat dihubungkan dengan keadaan di Kerajaan Majapahit yang sedang dilanda perang Paregreg (1401-1406 AD). Kemungkinan ada salah seorang keluarga raja yang mengungsi ke Somordhaksan dan menjadi seorang dhaksa di situ.
Penetapan tahun 1027 C = 1105 AD adalah sejajar dengan masa awal Kerajaan Kadiri, tetapi tidak diketahui sesuatu peristiwa yang dapat dihubungkan antara Kadiri dengan Sampang maupun Madura.
Sedangkan tahun 1151 atau tahun 1151 C = 1229 AD sebagai penentuan kronogram dari Somordhaksan juga kurang tepat, karena nilai-nilai gambar tersebut ialah kuda = 7, butho = 5, kuda = 7. Jadi didapatkan tahun 757 C (835 AD) bukan 1151.
Tahun 757 C (835 AD) dari dinasti Cailendra di Jawa Tengah. Kelaemahannya tidak ada sumber sejarah untuk dipakai menjelaskan hubungan dinasti Cailendra di jawa Tengah dengan Sampang, tambahan lagi sumber sejarah berupa tulisan yang paling awal menyangkut Madura ialah prasasti Mula Malurung tahun 1255 AD yang dikeluarkan Raja Seminingrat (Wishnuwardhana) dari Kerajaan Singhasari.
Jadi tahun 1151 yang dinyatakan dalam OV 1929 tersebut bahkan lebih tepat dihubungkan dengan candrasangkala negara gata bhuwanagong pada lingga dari desa Kemoning bukan dikaitkan dengan Kronogram dari Somordhaksan.

2. Penafsiran lain dari kronogram itu ialah dibaca kudo tarung butho ing tengah, maka didapatkan angka-angka kudo (kuda) = 7, tarung (berkelahi) = 2, butho (raksasa) = 5, tengah (pusat) = 1. Jadi diketemukan angka 7251 atau tahun 1527 AD memang tidak berselisih banyak dengan tahun keruntuhan Majapahit pada tahun 1525 AD dan ada salah seorang keluarga Raja Majapahit yang mengungsi ke Somordhaksan.
Kelemahan penentuan kronogram itu sebagai tahun 1527 AD terletak pada masa kerajaan Majapahit lazim memakai Cakawarsha bukan tahun Masehi.
Dengan demikian memang agak sulit untuk menentukan tahun dari kronogrom dari Somordhaksan tersebut sebagai waktu dibangunnya gua pertapaan itu.



#1. Peninggalan kuno semacam itu ialah gua Selomangleng, dekat candi Bhayalangu makam Gayatri yaitu nenek Hayam Wuruk di daerah Tulung Agung, berfungsi sebagai tempat pertapaan juga.


Sumber :Drs Goenadi Brahmantyo
Http://bagianjawatimur.blogspot.com

Artikel Terkait :



0 komentar:

Posting Komentar