tag:blogger.com,1999:blog-57141896382664890592024-03-16T08:09:52.209+07:00Selamat Pagi IndonesiaMemberikan segala informasi seputar Jawa Timur khususnya untuk Sampang Madura yang mana untuk mengenalkan Kebudayaan dan Kesenian dan juga segala pernak-pernik yang terdapat pada Propinsi Jawa Timur dan Pulau MaduraOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.comBlogger62125tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-15403699894850596052012-08-03T22:30:00.005+07:002012-08-03T22:51:59.476+07:00Pemerintahan Desa di SampangDalam periode kerajaan ini di Sampang terdapat macam pemerintahan desa yaitu Pemerintahan Desa Sima<br />
<br />
Pemerintahan Desa Sima<br />
<div style="text-align: justify;">Pada Artikel sebelumnya dikatakan bahwa di <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2011/12/putri-nandi-desa-kemoning-sampang.html">Desa Kemuning</a> serta di <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2011/08/kronogram-somordhaksan-sumur-dhaksan.html">Somordhaksan</a> terdapat gua pertapaan, berdasarkan hal itu selanjutnya dapat diinterpresentasikan bahwa kedua tempat tersebut mempunyai status Sima.</div><div style="text-align: justify;">Sima adalah tanah atau desa yang dibebaskan dari kewajiban membayar cukai hak raja, tetapi harus melaksanakan tugas-tugas tertentu, misalnya memelihara bangunan-bangunan keagamaan, makam seorang pemimpin dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jadi dasar pemberian status sima terhadap desa atau sebagian tanah di Kemoning dan Somordhaksan itu ialah adanya bangunan-bangunan suci keagamaan (candi, pertapaan) pada kasus tempat itu.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Desa atau sebagian tanah di Kemoning dan Somordhaksan yang mempunyai status sima itu tidak boleh (terlarang) dimasuki pegawai-pegawai kerajaan seperti pangkur, tawan dan tirip maupun golongan Mangilala Drahya Haji yaitu orang-orang yang hidupnya dari penarikan cukai hak raja.Berhubung cukai hak raja itu dibayar berupa barang atau in natura, maka golongan Mangilala Drahya Haji banyak jumlahnya disesuaikan dengan jenis-jenis barang yang dikenakan cukai <i>*1</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pembebasan cukai hak raja atau pajak tersebut dimaksudkan untuk biaya pemeliharaan tempat maupun bangunan-bangunan suci di kedua tempat itu. Selain dari pembebasan cukai hak raja biaya pemeliharaan itu juga diperoleh dari denda terhadap orang-orang yang melakukan pelanggaran-pelanggaran. Misalnya, menyindir, menghina orang lain dan pelakunya-pelakunya diputuskan bersalah serta denda. Denda-denda ini dipakai untuk tambahan biaya pemeliharaan tempat maupun bangunan suci keagamaan tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kesimpulan Penulis : Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang sangat minim dan tidak langsung berkaitan dengan bidang politik atau pemerintahn seperti telah diuraikan di muk, maka hanya dapat ditafsirkan bahwa : Sejaman dengan msa pemerintahn Raja Hayam Wuruk dari <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/berdirinya-kerajaan-majapahit.html">Kerajaan Majapahit</a>, di Desa Kemoning dan Somordhaksan - <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/08/penetapan-hari-jadi-sampang.html">Kota Sampang</a> (Waktunya belum jelas) terdapat pengorganisasian pemerintahan desa berstatus sima yang pelaksanaannya dilakukan oleh tetua keagamaan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>*1</i> H. Muhammad Yamin dalam Tatanegara Madjapahit, Parwa IV hal 174-175 mengemukakan terdapat 24 golongan Mangilala Drahya Haji, yaitu : kring, padam, pamanikan, maniga, lwa, malanjang, manghuri, makalangkang, tapa haji, air haji, tuha gocali, tuha dagang, tuha nambi, tuha hunjaman, undahagi, manimpiki, pandai wsi, walyan, paranakan, widu mangidung, tuha wadani, warahan, sambal sambul watak i dalam, singgah pamrsi hulun haji.<br />
<br />
<br />
http://bagianjawatimur.blogspot.com</div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-14097222911786367452011-12-30T23:48:00.000+07:002011-12-30T23:48:40.882+07:00Putri Nandi Desa Kemoning Sampang MaduraDesa kemoning ini terletak kurang lebih 5 km di utara Kota Sampang dan telah ditemukan adalah :<br />
<br />
<b>1. Sebuah lingga.</b><br />
Sekarang lingga ini tidak diketahui lagi dimana tersimpan. didalam lingga itu memuat tujuh baris tulisan. Sayangnya hanya dua baris saja yang dapat dibaca secara pasti, yaitu : Baris pertama <i>i caka 1301</i> dan baris terakhir <i>nagara gata bhuwanagong</i>.<br />
Baris pertama <i>i caka 1301</i> menunjukkan tahun 1301 C = 1379 AD, karena tahun 1 Caka baru dimulai setelah tahun Masehi berlangsung 78 tahun. Maka untuk menyamakan tahun Caka dengan tahun Masehi perlu ditambah 78 tahun. Dengan disebutnya i caka 1301 ini, dapat diketahui bahwa lingga itu dibuat bersamaan dengan tahun ke 29 pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350-1389)dari <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/berdirinya-kerajaan-majapahit.html">Kerajaan Majapahit</a>.<br />
Baris ketujuh <i>nagara gata bhuwanagong</i> dapat diuraikan menjadi nagara-gata-bhuwana-agong yang diduga merupakan suatu Candrasangkala. Nilai kata-kata itu ialah <i>nagara</i> = 1 <i>gata</i> (wadah,tempat)= 5 <i>bhuwana</i> = 1 <i>agong</i> = 1. Jadi diketemukan angka 1511 dan jika dibaca dari belakang ketemu 1151 C = 1229 AD. Tahun 1151 C = 1229 AD ini bersamaan dengan tahun ke 7 pemerintahan Ken Arok (1222-1247 AD) dari <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/09/akhir-kejayaan-singasari-malang.html">Kerajaan Singhasari</a>.<br />
Persoalan yang tetap belum dapat dipecahkan adalah hubungan tahun 1301 C dengan tahun 1151 C yang sama-sama tercantum pada lingga itu, karena lima baris kalimat lainnya tidak terbaca. Selain itu jika tahun 1301 C = 1379 AD dikaitkan dengan masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan tahun 1151 C = 1229 AD dihubungkan dengan masa pemerintahan Raja Ken Arok, kedua tahun tersebut juga tidak memberi petunjuk adanya kejadian-kejadian penting yang menyangkut tindakan kedua Raja itu terhadap Sampang maupun Madura.<br />
<br />
<b>2. Pondasi bekas bangunan kuno</b><br />
Di Desa Kemoning selain ditemukan sebuah lingga, terdapat pondasi bekas dari bangunan kuno dan menurut cerita penduduk setempat dikatakan adanya kerajaan kecil (rijkje) disebut Nandi.<br />
Berdasarkan pondasi bekas bangunan kuno itu dapat diketahui bahwa bangunan tersebut merupakan suatu Candi bukan suatu Kerajaan atau Keraton. Hal itu dapat dikembalikan kepada sifat homo religius manusia pada zaman kuno, maka bangunan-bangunan bersifat keagamaan akan digunakan bahan-bahan yang lebih baik agar lebih tahan lama daripada bangunan-bangungan profan termasuk pula istana. Sehingga sisa-sisa pondasi yang masih ada sekarang ini adalah bekas pondasi suatu candi.<br />
Sedangkan nama Nandi menunjukkan candi itu bersifat Ciwa. karena nandi (sapi) menurut mitologi Hindhu menjadi wahana (kendaraan) Dewa Ciwa. Hal ini dapat diperkuat dengan diketemukannya lingga diatas, karena lingga merupakan lambang Dewa Ciwa dan menjadi bagian dari candi yang biasanya diletakkan di atas Yoni dalam suatu candi.<br />
<br />
<b>3. Cerita Putri Nandi</b><br />
Sampai sekarang dikalangan penduduk setempat masih hidup cerita mengenai Putri Nandi. Berdasarkan nama Putri Nandi ini dapat ditafsirkan bahwa Putri yang dimaksud ialah <i>Durga Mahesasuramardhini</i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSLBVKgl_rEoRTpdLYygyQLsJx9bFFELuJ6-tXdUF7o4-2eNd4h9p9oumLaT6GirnaClKzgQiB8IC2edfK7PkxAM2YK1qTmHOzcjx5ufDViZAlUjXcNrK4dx9LnkZRD8WophbYmnXMXN31/s1600/durga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSLBVKgl_rEoRTpdLYygyQLsJx9bFFELuJ6-tXdUF7o4-2eNd4h9p9oumLaT6GirnaClKzgQiB8IC2edfK7PkxAM2YK1qTmHOzcjx5ufDViZAlUjXcNrK4dx9LnkZRD8WophbYmnXMXN31/s320/durga.jpg" /></a></div>yaitu salah satu cakti atau perwujudan Dewa Cita sebagai wanita (dewi) yang membunuh raksasa dengan berkendaraan Nandi. Patung semacam itu masih terdapat pada candi Ciwa atau candi induk Prambanan di bilik utara dan penduduk menyebutnya Rara Jongrang yang berarti gadis bertubuh tinggi ramping.<br />
Mengenai waktu pembuatan candi Ciwaistis di Desa Kemoning itu adalah tahun 1301 C = 1379 AD seperti tahun yang tertera dalam lingga, jadi semasa dengan Kerajaan Majapahit. Hal ini dapat dihubungkan dengan sisa bahan bangunan masa Kerajaan Majapahit yang banyak terdapat di Trowulan-Mojokerto.<br />
<br />
Sumber : Sejarah Kabupaten Sampang Drs. Goenadi Brahmantyo<br />
Http://bagianjawatimur.blogspot.comOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-83344498984759265592011-08-23T14:46:00.000+07:002011-08-23T14:46:45.033+07:00Kronogram Somordhaksan (Sumur Dhaksan) Sampang Madura<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdTC7d9abi-dqVzJ2FoBICJmk3x6A56k-lAIRIYm22afjnJbRJIiCbFDjeyoj_CWzsx1pL0y-E6BVjcAeWAN71HqVH-5TFyjlVUGGwD788Ci2QH-ErXGJ5vvH-LktRXd0RrwKuBtaNor5H/s1600/Sumur-daksan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="266" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdTC7d9abi-dqVzJ2FoBICJmk3x6A56k-lAIRIYm22afjnJbRJIiCbFDjeyoj_CWzsx1pL0y-E6BVjcAeWAN71HqVH-5TFyjlVUGGwD788Ci2QH-ErXGJ5vvH-LktRXd0RrwKuBtaNor5H/s320/Sumur-daksan.jpg" /></a></div><br />
<br />
Bukti dari sumber sejarah lain ditemukan pada bagian timur Kota Sampang berupa gua tempat tinggal kuno yang telah runtuh dan kronogram pada dinding bagian dalam sumur yang oleh penduduk setempat dinamakan Somordhaksan.<br />
Berdasarkan peninggalan berupa gua tempat tinggal kuno itu dapat ditafsirkan bahwa gua tersebut merupakan sebuah pertapaan (#1) karena orang biasanya berdiam di tempat semacam itu ialah pertapa (resi). Hal ini dapat dikaitkan dengan nama Somordhaksan, karena kata <i>Dhaksan</i> diduga berasal dari kata <i>Dyaksa</i> (kepala/ketua), misalnya <i>Dharmadyaksa</i> (kepala agama), <i>Decadyaksan</i> (tetua desa). Jadi Somordhaksan berarti sumurnya dyaksa dalam hal ini kepala agama yaitu petapa (resi).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_TBVWNZaEBZ5BzsgcALAPesDFbnbFgNAxuWU1526595LExTLyV_38BWYfDi5a9m0-zC48inS_7jdeJ8Z3yobrKPE2ElPag_2Qs1E3hauepZDVgHfyHYZgftj441vrq9iNFfn9O_cjIW5u/s1600/somor-daksan-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="282" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_TBVWNZaEBZ5BzsgcALAPesDFbnbFgNAxuWU1526595LExTLyV_38BWYfDi5a9m0-zC48inS_7jdeJ8Z3yobrKPE2ElPag_2Qs1E3hauepZDVgHfyHYZgftj441vrq9iNFfn9O_cjIW5u/s320/somor-daksan-2.jpg" /></a></div><br />
<br />
Mengenai waktu pembuatan gua pertapaan Somordhaksan itu dapat dihubungkan dengan <i>kronogram</i> pada dinding bagian dalam Sumur yang berupa gambar Kuda - Raksasa (butho) - Kuda. Terdapat beberapa penafsiran mengenai penentuan tahun dari kronogram itu, diantarangya :<br />
<br />
1. Oudheidkundig Verslag, 1929 (buku)menjelaskan bahwa perkiraan candrasangkala dari Somordhaksan itu bertahun 1327 atau 1027. Bagaimana keterangan penentuan tahun 1327 atau 1027 tersebut tidak diketahui, sebab nilai gambar-gambar itu ialah Kuda = 1, Raksasa (butho) = 5, Kuda = 1. Jadi bertahun 151 atau lengkapnya tahun 1151, Karena bilangan-bilangan dalam kesatuan candrasangkala tidak pernah ditinggalkan, maka bilangan ribuannya pasti angka 1.<br />
Berdasarkan keterangan tersebut diketahui ada tiga penafsiran untuk menetapkan tahun candrasangkala di Somordhaksan yaitu tahun-tahun 1327, 1027 dan 1151.<br />
Mengenai penetapan tahun 1327 ialah tahun 1327 C = 1405 AD, maka dapat dihubungkan dengan keadaan di Kerajaan Majapahit yang sedang dilanda perang Paregreg (1401-1406 AD). Kemungkinan ada salah seorang keluarga raja yang mengungsi ke Somordhaksan dan menjadi seorang dhaksa di situ.<br />
Penetapan tahun 1027 C = 1105 AD adalah sejajar dengan masa awal <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/09/kerajaan-kediri.html">Kerajaan Kadiri</a>, tetapi tidak diketahui sesuatu peristiwa yang dapat dihubungkan antara Kadiri dengan Sampang maupun Madura.<br />
Sedangkan tahun 1151 atau tahun 1151 C = 1229 AD sebagai penentuan kronogram dari Somordhaksan juga kurang tepat, karena nilai-nilai gambar tersebut ialah kuda = 7, butho = 5, kuda = 7. Jadi didapatkan tahun 757 C (835 AD) bukan 1151.<br />
Tahun 757 C (835 AD) dari dinasti Cailendra di Jawa Tengah. Kelaemahannya tidak ada sumber sejarah untuk dipakai menjelaskan hubungan dinasti Cailendra di jawa Tengah dengan Sampang, tambahan lagi sumber sejarah berupa tulisan yang paling awal menyangkut Madura ialah prasasti Mula Malurung tahun 1255 AD yang dikeluarkan Raja Seminingrat (Wishnuwardhana) dari Kerajaan Singhasari.<br />
Jadi tahun 1151 yang dinyatakan dalam OV 1929 tersebut bahkan lebih tepat dihubungkan dengan candrasangkala negara gata bhuwanagong pada lingga dari desa Kemoning bukan dikaitkan dengan Kronogram dari Somordhaksan.<br />
<br />
2. Penafsiran lain dari kronogram itu ialah dibaca <i>kudo tarung butho ing tengah</i>, maka didapatkan angka-angka kudo (kuda) = 7, tarung (berkelahi) = 2, butho (raksasa) = 5, tengah (pusat) = 1. Jadi diketemukan angka 7251 atau tahun 1527 AD memang tidak berselisih banyak dengan tahun keruntuhan Majapahit pada tahun 1525 AD dan ada salah seorang keluarga Raja Majapahit yang mengungsi ke Somordhaksan.<br />
Kelemahan penentuan kronogram itu sebagai tahun 1527 AD terletak pada masa kerajaan Majapahit lazim memakai <i>Cakawarsha</i> bukan tahun Masehi.<br />
Dengan demikian memang agak sulit untuk menentukan tahun dari kronogrom dari Somordhaksan tersebut sebagai waktu dibangunnya gua pertapaan itu.<br />
<br />
<br />
<br />
#1. Peninggalan kuno semacam itu ialah <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2011/08/gua-selomangleng-kediri-jawa-timur.html">gua Selomangleng</a>, dekat candi Bhayalangu makam Gayatri yaitu nenek Hayam Wuruk di daerah Tulung Agung, berfungsi sebagai tempat pertapaan juga.<br />
<br />
<br />
Sumber :Drs Goenadi Brahmantyo<br />
Http://bagianjawatimur.blogspot.com<br />
<br />
Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-18059237144496136772011-08-23T14:45:00.000+07:002011-08-23T14:45:11.482+07:00Gua Selomangleng Kediri Jawa Timur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT0YeOfGy8EKBPy2SILt5ooObi3GYifKCggY9JqT8m5TRjIiLqgARY6wz9xBHi5-bY8jcrk21DyCIAc-Xx5UJiLuQxndhBmfE5iTkONaSKyM6NHnph8X9go5NkuYwPuE4nzEYgRGkwZKog/s1600/head.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT0YeOfGy8EKBPy2SILt5ooObi3GYifKCggY9JqT8m5TRjIiLqgARY6wz9xBHi5-bY8jcrk21DyCIAc-Xx5UJiLuQxndhBmfE5iTkONaSKyM6NHnph8X9go5NkuYwPuE4nzEYgRGkwZKog/s320/head.jpg" /></a></div><br />
Lokasi : Pojok - Mojoroto Kediri<br />
Kordinat GPS : S7.807230 - E111.972810<br />
Ketinggian : 123 m<br />
<br />
Gua Selomangleg merupakan objek wisata populer Kediri. Dinamakan Selomangleng dikarenakan lokasinya yang berada di lereng bukit (Jawa=>Selo=Batu, Mangleng=Miring), kira-kira 40 meter dari tanah terendah di kawasan. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar, sehingga nampak cukup menyolok dari kejauhan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUjEr77Xi585gDD5ae7JHuwhJKg9bAzMRovypkLTRAPTkX7INLOoO6HmiMwYYdr-UUtu6hOWPJcYLfdQuOraSiou1ePIpsTrVypUeOcnJbF1Xr1P0m50-ytkj-naHMNTbpYlOj-Wl0odZ2/s1600/guaselomangleng23.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUjEr77Xi585gDD5ae7JHuwhJKg9bAzMRovypkLTRAPTkX7INLOoO6HmiMwYYdr-UUtu6hOWPJcYLfdQuOraSiou1ePIpsTrVypUeOcnJbF1Xr1P0m50-ytkj-naHMNTbpYlOj-Wl0odZ2/s320/guaselomangleng23.jpg" /></a></div><br />
<br />
Sepintas tidak ada yang istimewa di gua batu ini, keunikan baru terlihat begitu mendekati pintu gua. Beberapa meter dibawah mulut gua terdapat beberapa bongkahan batu yang berserakan. Sebagian diantaranya terdapat pahatan, menandakan bahwa tempat ini sudah pernah disentuh manusia. Berbagai corak relief menghiasai dinding luar gua, diantaranya ada yang berbentuk manusia.<br />
<br />
Melongok kedalam gua, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang menyambut pengunjung. Tidak heran bila ada beberapa pengunjung yang takut atau berfikir panjang sebelum memutuskan untuk memasukinya. Kesan mistis terasa kental sekali saaat berada didalamnya. Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah tidak lama memasuki ruang karena, dikarenakan tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.<br />
<br />
Gua yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmit yang umum dijumpai pada gua-gua alam. Terdapat tiga ruangan dalam gua, dari pintu masuk kita akan tiba di ruanagan utama yang tidak begitu lebar dengan sebuah pintu kecil disisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan lain dari dalam gua.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjELJsJ-J0NrPFGlKTYTKmHAJ_3FeRE_XrIWEgLRNa912vFg5WfhftgeikNSLD3MvtUTNDtlKIGakV01ps1S5HrjDA49n2-6ys3SgLPIYx4IgolBambKkMys7wVPvCNrfTBGkCcHFar69M7/s1600/relief.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="165" width="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjELJsJ-J0NrPFGlKTYTKmHAJ_3FeRE_XrIWEgLRNa912vFg5WfhftgeikNSLD3MvtUTNDtlKIGakV01ps1S5HrjDA49n2-6ys3SgLPIYx4IgolBambKkMys7wVPvCNrfTBGkCcHFar69M7/s320/relief.jpg" /></a></div><br />
Didalam gua ini banyak sekali dijumpai relief yang menghiasi dinding gua. Diperlukan penerangan tambahan untuk bisa melihatnya dengan jelas. Saya sendiri menggunakan sinar lampu dari telepon genggam yang kebetulan bisa difungsikan sebagai lampu penerangan (senter). Pada dasar lantai banyak sekali ditemukan bunga-bunga sesajen berwarna merah dan kuning yang masih segar. Suatu pertanda bahwa tempat ini cukup sering digunakan untuk mengasingkan diri, bertapa atau tirakat bagi kalangan masyarakat tertentu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV6YspcIbEdO4CluMlboDz0OC1X4tbwU18L2U6ltwV8fGgTas6FXDfVoDGET7zY6iHKmIOu7ucjdkTl51kGUNH5UTf5-rFeC5Ovz_TGuC_RVVQlHPWKyjs2w1JmQD8fYcndmsb1-MgC9UG/s1600/guaselomangleng123.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV6YspcIbEdO4CluMlboDz0OC1X4tbwU18L2U6ltwV8fGgTas6FXDfVoDGET7zY6iHKmIOu7ucjdkTl51kGUNH5UTf5-rFeC5Ovz_TGuC_RVVQlHPWKyjs2w1JmQD8fYcndmsb1-MgC9UG/s320/guaselomangleng123.jpg" /></a></div><br />
Memasuki ruangan sebelah kiri dari pintu masuk gua, pengunjung mesti sedikit merangkak dikarenakan ukuran pintunya yang cukup kecil. Ketika mencoba memasuki ruangan tersebut, praktis cahaya yang ada semakin minim dikarenakan tidak adanya penerangan pada ruang tersebut. Ditambah ruangannya yang kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan sumpek mendominasi suasana dalam ruangan tersebut. Sulit kali untuk melihat apa saja yang ada di dalam ruangan tersebut. Ketika mencoba menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah terlihat bahwa bagian dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief yang senada dengan bagian luar gua.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIV-N0zD6mmIK7W9RiwHfWRnTCH-YGyUiuLeqZb5rz2E1fth0K9kXnoIruzZZGLSvNlfbxmhIn2uVYmet6IHZSXyIHNtIoDErTk9G0zUDd3AETjQsvDEYfReiyB7PFYRXOTXPErk2ljaGM/s1600/guaselomangleng1234.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIV-N0zD6mmIK7W9RiwHfWRnTCH-YGyUiuLeqZb5rz2E1fth0K9kXnoIruzZZGLSvNlfbxmhIn2uVYmet6IHZSXyIHNtIoDErTk9G0zUDd3AETjQsvDEYfReiyB7PFYRXOTXPErk2ljaGM/s320/guaselomangleng1234.jpg" /></a></div><br />
<br />
Berbeda dengan ruang sebelah kiri gua, pada sisi kanan gua, terdapat relief pada bagain atas dari pintu masuk. Mirip dengan relief yang sering menghiasi bagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini sedikit lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding gua, terdapat bagian yang menonjol dengan cerukan kecil dibagian bawahnya, membentuk tungku. Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada didalam tungku tersebut, menebarkan aroma menyengat yang memenuhi seluruh ruangan. Relief-rleief yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk dinikmati.<br />
<br />
Dari cerita yang beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahata kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.<br />
<br />
Terlepas dari gelap dan pengapnya suasana dalam gua, objek wisata Gua Selomangleng patut dikunjungi saat anda berada di Kediri. Tak jauh dari lokasi gua ini juga terdapat museum purbakala yang bisa dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca.<br />
<br />
<br />
Sumber : http://navigasi.net/goart.php?a=buslmang<br />
Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-24176525992982179912011-07-28T15:49:00.001+07:002011-07-31T08:13:06.213+07:00Aspek Historis dan Karakteristik Bahasa Using Banyuwangi<b>Aspek Historis Banyuwangi Tanah Blambangan dan Puputan Bayu</b><br />
<br />
Secara historis, nama Banyuwangi tidak dapat dilepaskan dari nama Blambangan, Bahkan masyarakat menganggap keduanya sebagai sesuatu tidak berbeda. Pemahaman semacam ini dilatar belakangi oleh sikap rasa memiliki terhadap Blambangan sebagai cikal bakal keberadaan banyuwangi sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian masyarakat lebih mengenal banyuwangi dengan istilah Blambangan. Masyarakat menganggap banyuwangi merupakan nama ibukota kabupaten, Sedangkan Blambangan merupakan nama daerah atau wilayah. Meskipun demikian, secara formal pemerintah dan masyarakat Banyuwangi tersebut berkaitan erat dengan nama sebuah kerajaan yang berdiri di wilayah banyuwangi dengan pusat pemerintahan di daerah Macan Putih (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Rogojampi). Kerajaan Blambangan senantiasa menjadi ajang rebutan pengaruh antara kerajaan Jawa dan Bali sehingga sering menjadi vasal kerajaan lain di Jawa dan Bali.<br />
<br />
Ketika <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/berdirinya-kerajaan-majapahit.html">Majapahit</a> berkuasa daerah Blambangan dikuasai Kerajaan Majapahit. Dalam perkembangannya, daerah itu diserahkan kepada Arya Wiraraja karena ia dianggap banyak berjasa kepada Raden Wijaya. Setelah Arya Wiraraja meninggal, daerah itu kemudian diwariskan kepada puteranya yang bernama Arya Nambi, pada tahun 1316 Blambangan melakukan pemberontakan kepada Kerajaan Masjapahit. Akan tetapi, pemberontakan itu dapan dipadamkan oleh Patih Gajah Mada. Kemudian, Patih Gajah Mada mengangkat putera Dang Hyang Kepakisan yang tertua, Yakni Dalem Juru, sebagai penguasa di Blambangan. setelah kerajaan Majapahit runtuh, wilayah Blambangan menjadi ajang rebutan Kerajaan Bali, Pasuruan dan <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/09/kerajaan-mataram-kuno.html">Mataram</a>.<br />
<br />
Pada kepemimpinan Dewa Agung dari Gelgel, kerajaan blambangan berada di bawah pengaruh kerajaan Bali sehingga Mataram memperluas serangannya ke Bali. Ketika di bawah pengaruh Kerajaan Mataram, Blambangan dipimpin oleh Santaguna. Pada tahun 1636 pasukan Sultan Agung berhasil menaklukkan Blambangan. Selanjutnya, Santaguna digantikan oleh Ki Mas Kembar atau Mas Tampauna. Mas Tampauna dikenal dengan sebutan Pangeran Kedhawung karena pusat pemerintahan Kerajaan Blambangan di bawah kepemimpinannya berada di daerah Kedhawung. Pada masa pemerintahan Mas Tampauna, kerajaan Blambangan selalu menjadi ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara Mataram dan Bali. Perebutan pengaruh kekuasaan diantara kedua kerajaan itu berakhir setelah Sultan Agung (1646M)dan Dewa Agung dari Gelgel (1651M) meninggal. Ki Mas Kembar kemudian digantikan oleh anaknya, Mas Tawang Alun (1655M). Pada masa pemerintahan Tawang Alun, pusat pemerintahan dipindah dari Kedhawung ke Macan Putih sehingga ia dikenal dengan nama Sinuhun Tawang Alun atau Sinuhun Macan Putih. Pada pemerintahan Tawang Alun inilah Blambangan berusaha melepaskan diri dari pengaruh kerajaan Mataram. Kerajaan Blambangan mencapai puncak kebesarannya ketika dipimpin oleh Raja Tawang Alun sehingga sampai sekarang tetap dikenang oleh Masyarakat Banyuwangi. Pasca meninggalnya Raja Tawang Alun (18 september 1691), keadaan Blambangan menjadi kacau hingga akhirnya berada dibawah pengaruh kerajaan Buleleng, Bali. Setelah Belanda masuk ke Indonesia, wilayah Blambangan pada tahun 1700 dapat ditaklukkan. Meskipun demikian, rakyat Blambangan tidak tinggal diam. Salah seorang tokohnya yang sangat terkenal, yakni Pangeran Agung Wilis (Wong Agung Wilis), berjuang mengangkat senjata untuk menentang kekejaman Penjajah Belanda.<br />
<br />
Pada tanggal 25 Maret 1767 ibukota Blambangan berhasil dikuasai Belanda. Dengan dikuasainya Blambangan oleh Belanda, bukan berarti perjuangan untuk melawan penjajah menjadi terhenti. Bahkan, Pangeran Agung Wilis yang pada waktu itu yang diangkat menjadi Pangeran Blambangan terus memimpin perjuangan rakyat Blambangan. Akan tetapi, Pangeran Agung Wilis akhirnya tertangkap pasukan Belanda dan kemudian diasingkan ke Selong dekat Kabupaten Pasuruan. Setelah Pangeran Agung Wilis tertangkap, kepemimpinan perjuangan rakyat Blambangan dilanjutkan oleh Mas Rempeg yang terkenal dengan sebutan Pangeran Jagapati Adipati Bayu. Mas Rempeg memimpin perjuangan rakyat Blambangan pada tahun 1771-1772 yang kemudian dikenal dengan perang <b>Puputan Bayu</b> (<i>puputan</i> artinya habis, dalam Bahasa Using sehingga Puputan Bayu berarti perang habis-habisan di daerah Bayu) di daerah kecamatan Songgon. Perjuangan yang dipimpin oleh Mas Rempeg itu dapat dikatakan sebagai puncak perlawanan rakyat Blambangan terhadap penjajah Belanda.<br />
<br />
Ketika kepemimpinan diemban oleh Mas Rempeg, Sambutan masyarakat Bayu cukup antusias dalam mendukung peperanagan dalam melawan Belanda. Masyarakat Bayu mengangap Mas Rempeg merupakan penjelmaan Pangeran Agung Wilis yang sangat Legendaris. Oleh karena itu, Mas Rempeg mendapat julukan dari belanda dengan sebutan <i>Pseudo Wilis</i>. Dalam perang Puputan Bayu, Mas Rempeg beserta prajurit Blambangan melancarkan serangan umum besar-besaran pada tanggal 18 Desember 1771. Perang Puputan Bayu cukup berhasil karena mampu menghancurkan pertahanan Belanda. Bahkan banyak pemimpin militer Belanda gugur di medan pertempuran.<br />
<br />
Mas Rempeg serta pasukannya mampu menghancurkan kekuatan Belanda. Akan tetapi Blambangan sendiri juga porak-poranda. Banyak penduduk mengungsi ke Bali atau lari kepegunungan di sebelah selatan dan barat daya. Setelah perang Puputan Bayu selesai, sebagian penduduk yang masih tinggal di Banyuwangi merupakan penduduk asli yang berasal dari lapisan bawah. Untuk menambah jumlah penduduk, Belanda mendatangkan etnis lain seperti Madura. Bahkan akibat perang Bututan Bayu diperkirakan rakyat Blambangan lenyap. Mereka yang meninggal itu disebabkan gugur dalam pertempuran dan mengungsi ke daerah lain. Pada saat Inggris berkuasa dan Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur Jendral (memerintah sejak tahun 1815), jumlah penduduk pribumi di Banyuwangi sangat kecil yaiut sekitar 8.554 jiwa. Akan tetapi setelah berkuasa lagi, secara terus menerus Belanda mendatangkan orang-orang pribumi dari berbagai etnis ke wilayah Blambangan. Dalam jangka waktu kurang dari 50 tahun, jumlah penduduknya telah meningkat menjadi hampir lima kali lipat, yaitu 39.470 jiwa.<br />
<br />
Sementara itu ada sebagian penduduk kkususnya dari lapiasan bawah yang tetap berdiam diri yakni <i>sing</i> (Tidak) ikut mengungsi, yang pada akhirnya dikenal sebagai pewaris budaya dan tradisi Blambangan, yakni kelompok etnik Using. Kelompok Etnik Using adalah kelompok etnik yang pertama kali menghuni wilayah yang terletak di ujung timur Pulau Jawa sehingga sering dikatakan sebagai penduduk asli wilayah yang kini di sebut <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/asal-usul-banyuwangi.html">Banyuwangi</a> jadi terminologi Using berasal dari kata <i>sing</i> sering juga diucapkan <i>using</i>, <i>osing</i>, atau <i>hing</i> yang berarti "tidak", yang kemudian dimaknai sebagai orang-orang yang "tidak" ikut mengungsi ketika terjadi perang Bubutan Bayu sehingga tetap menempati wilayah Blambangan tersebut dengan sebutan <i>wong</i> / <i>lare using</i> = wong Blambangan atau wong Banyuwangen (orang blambangan / orang banyuwangi).<br />
<br />
Kini <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/08/selayang-pandang-kota-banyuwangi.html">Kabupaten Banyuwangi</a> secara geografis terletak diujung timur pulau jawa pada bagian timur berbatasan dengan selat Bali, bagian selatan berbatasan dengan samudera Indonesia, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso, bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Bondowoso. Kabupaten Banyuwangi yang memiliki luas wilayah sekitar 5.782,50 Km2 tersebut terletak pada posisi koordinat 70 43'-80 46' Lintang Selatan dan 113 53'-114 38' Bujur Timur, Sedangkan secara administratif terbagi terbagi atas 21 kecamatan dengan 151 desa dan 24 kelurahan. Dari seluruh kecamatan itu, enam di antaranya merupakan wilayah pegunungan, sedangkan sisanya merupakan dataran rendah. Masyarakat Banyuwangi bermata pencaharian sebagai petani (terutama orang using).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXuv5s7deiVBCcdvmdTeZAMMAWGo48jRUsDlReW6I82VeUh_zIncvnFKAYLkorE4X0vZDpHjJLlCCDEKj9UF8plgmzKJ_ZhE-J2Kl0cBZFn1qO3CwrIOi5phjVR5tiHk0C6TeXzCDoc-GC/s1600/TikelBalung.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="210" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXuv5s7deiVBCcdvmdTeZAMMAWGo48jRUsDlReW6I82VeUh_zIncvnFKAYLkorE4X0vZDpHjJLlCCDEKj9UF8plgmzKJ_ZhE-J2Kl0cBZFn1qO3CwrIOi5phjVR5tiHk0C6TeXzCDoc-GC/s320/TikelBalung.JPG" /></a></div><br />
Rumah asli Banyuwangi (atau rumah adat Orang Using) sampai saat ini masih banyak ditempati di berbagai tempat. Macam-macam bentuk rumah adat using meliputi <i>crocogan</i>, <i>tikel/baresan</i>, <i>tikelbalung</i> (seperti contoh diatas), dan serangan. Bentuk bangunan rumah tersebut dibagi dalam tiga ruang, yakni biale (serambi), jerumah (ruang tengah), dan <i>pawon</i> (dapur). Di halaman atau sekitar rumah sering dipasang <i>kiling</i> (kitiran) sebagai media hiasan atau hiburan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhztp3tcG2jRAjt0gfWdsDSp5W4hi2DCOZxMjvFp9biO_4kMEGJR3P9uyHyANKAE-_75DWDpODG5VVLOR6WIPuC7IX577ZWpQyOLwL8fj_8xugU9E9y-xgWr9eY7bnu3rqUz3nzn0r-bJAQ/s1600/kitiran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhztp3tcG2jRAjt0gfWdsDSp5W4hi2DCOZxMjvFp9biO_4kMEGJR3P9uyHyANKAE-_75DWDpODG5VVLOR6WIPuC7IX577ZWpQyOLwL8fj_8xugU9E9y-xgWr9eY7bnu3rqUz3nzn0r-bJAQ/s320/kitiran.jpg" /></a></div><br />
Kehidupan keagaan kelompok etnik using didominasi oleh agama Islam yang mencapai 95% lebih. Agama lain, Kristen dan Katolik hanya mencapai 2,68%, sedangkan agama Hindu mencapai 1,49%. Simbolisasi kultural masih melekat didalam praktik kehidupan masyarakat Banyuwangi, seperti motif batik gajah uling yang merupakan produk unggulan di Banyuwangi.<br />
Media yang dipergunakan sebagai alat komunikasi lokal yang sekaligus bersifat kultural adalah Bahasa Using (sering disebut sebagai bahasa jawa dialek Banyuwangi). Bahasa yang selama ini kurang mendapat perhatian akhirnya sejak 3 November 1996 melalui persetujuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mulai diajarkan disekolah dasar kelas V sampai dengan kelas VI sebagai muatan lokal dengan proyek percontohan di sembilan Sekolah Dasar sebagai Sampel di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Glagah, Kabat dan Rogojampi. Bahasa Using tidak mengenal tingkatan bahasa dan tidak memiliki huruf sebagaimana dalam bahasa jawa.<br />
Di bidang kesenian, Banyuiwangi terhitung banyak memiliki banyak karya seni baik yang sakral maupun profal, yakni seni gandrung, <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/08/tradisi-seblang-bakungan-banyuwangi.html">seblang</a> kendang kempul, campur sari, jinggoan, praburoro, barong, angklung caruk, angklung daerah. Tari-tarian itu meliputi antara lain tari Padhang Ulan, Jaran Goyang, Puputan Bayu, Pupus Widuri, Keter Wadon dan Walang Kadung.<br />
<br />
<br />
Sumber :Heru S.P.Saputra, LKISOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-9036389078482597792011-06-15T23:20:00.000+07:002011-06-15T23:20:35.703+07:00Kampong mejhi' dan taneyan lanjheng (halaman panjang) di Pulau MaduraHasil pengamatan di lapangan bahwa hampir di seluruh kawasan pedesaan Madura ditemukan banyak pemukiman yang disebut <i>Kampong Mejhi'</i> yaitu kumpulan-kumpulan atau kelompok-kelompok pemukiman penduduk desa yang satu sama lain saling terisolasi. Jarak antara satu pemukiman dan pemukiman yang lain sekitar satu atau dua kilometer. Keterisolasian kelompok pemukiman ini menjadi semakin nyata oleh adanya pagar dari beberapa rumpun bambu yang sengaja ditanam di sekelilingnya. Antara kelompok-kelompok pemukiman yang satu dengan yang lain biasanya hanya dihubungkan oleh jalan desa atau jalan setapak. Jarang sekali ditemui jalan beraspal, kecuali beberapa jalan makadam), yaitu jalan yang di keraskan oleh tumpukan batu, kemudian diratakan tanpa dilapisi aspal. Ketika musim hujan tiba jalan-jalan desa tersebut kondisi nya menjadi sangat jelek (berlumpur atau becek). Pada setiap desa, khususnya dikawasan luar kota, biasanya ditemukan antara lima sampai sepuluh <i>kampong mejhi'</i> <br />
<br />
Sketsa sebuah desa dengan beberapa kampong mejhi'<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcN9CajleqYbidO-Vnmvv6HU23Gmh9XlJiwuF4o4TZn-06NvMQtcwygV2RI0BRrYDngH8B1qzOfC0Y4LGpbJ1T6jdRws7STDu3jh4V-dy_nifBun3QeuROukXXS23D_ELTX9p1Mmxftpqk/s1600/kampong+mejhi%2527.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="214" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcN9CajleqYbidO-Vnmvv6HU23Gmh9XlJiwuF4o4TZn-06NvMQtcwygV2RI0BRrYDngH8B1qzOfC0Y4LGpbJ1T6jdRws7STDu3jh4V-dy_nifBun3QeuROukXXS23D_ELTX9p1Mmxftpqk/s320/kampong+mejhi%2527.jpg" /></a></div><br />
Setiap pemukiman kampong mejhi' terutama adalah solidaritas internal antar masing-masing anggota atau penghuninya menjadi sangat kuat. Apabila terjadi pelecahan harga diri terhadap semua keluarga. Lebih-lebih jika pelecehan tersebut menimpa anggota keluarga perempuan (istri). Jika hal ini terjadi maka semua anggota keluarga dalam <i>Kampong Mejhi'</i> akan bereaksi.<br />
<br />
Reaksi yang muncul pada suami yang istrinya di lecehkan (diganggu) selalu dalam bentuk tindakan kekerasan atau <i>carok</i> yang pasti akan didukung oleh semua anggota keluarga lainnya sebagai bentuk reaksi mereka. konsekuensi lain, dalam lingkup hidup yang luas, ikatan solidaritas diantara sesama penduduk desa (<i>sense of community</i>) cenderung rendah. Tegasnya, kohesi sosial diantara penduduk desa menjadi sangat rapuh sehingga semakin memperbesar peluang terjadinya disintegrasi sosial atau konflik. Bila demikian halnya, tidak mustahil carok menjadi sangat potensial.<br />
<br />
Ditemukannya banyak pemukiman Kampong mejhi' mengindikasikan bahwa kondisi sosial di pedesaan Madura sejak dahulu tidak memberikan aman bagi penduduknya.Indikasi adanya kondisi sosial tidak aman ini juga terlihat pada semua bentuk arsitektur rumah tradisional yang hanya memiliki satu pintu di bagian depan. Sehingga tidak ada jalan lain bagi setiap orang untuk keluar masuk rumah. Bahkan untuk menuju dapur yang letaknya di depan rumah juga hanya melalui pintu tersebut. Selain itu, karena posisi setiap rumah selalu menghadap selatan maka semua pintu ditempatkan di bagian selatan. Karena <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2011/02/islam-di-madura-dan-kebangsaan.html">posisi tidur orang Madura</a> selalu membujur ke arah utara seperti layaknya orang mati ketika dikuburkan, hal ini berarti dalam keadaan tidur pun orang Madura selalu dapat mengawasi pintu rumah. Dengan kata lain, realitas budaya ini dapat di maknai bahwa setiap saat orang Madura tetap selalu waspada terhadap keamanan lingkungannya<br />
<br />
Selain Kampong Mejhi' ada pula pemukiman <i>Taneyan Lanjheng</i> (halaman panjang). Apabila dilihat dari sejarah dan susunan keluarga yang bermukim di dalamnya. <i>Taneyan lanjheng</i> mencerminkan kombinasi antara uksorikal dan matrilokal atau <i>uxori-matrilocal</i>. Artinya, anak perempuan yang telah menikah tetap tinggal di pekarangan orang tuanya, sementara anak laki-laki yang sudah menikah akan pindah kepekarngan istri atau mertuanya. Selain itu, membangun pola pemukiman <i>taneyan lanjheng</i> hanya dapat dilakukan oleh keluarga yang mampu secara ekonomi. Oleh karena itu, beda dengan <i>kampong mejhi'</i>, jumlah <i>taneyan lanjheng</i> dalam satu desa biasanya tidak lebih dari tiga, atau bahkan bisa jadi tidak terdapat satu pun juga.<br />
Rumah-rumah yang terdapat dalam pemukiman <i>taneyan lanjheng</i> selalu dibangun berderet dari barat ke timur dan selalu menghadap selatan sebagaimana posisi semua rumah tradisional yang lain, menurut urutan kelahiran anak perempuan dari keluarga yang bersangkutan. Anak perempuan pertama menempati urutan pertama, demikian seterusnya, demikian seterusnya dengan anak-anak perempuan yang lahir kemudian. Dengan demikian, jumlah rumah yang dibangun mencerminkan atau sesuai dengan jumlah anak perempuan yang dilahirkan, tidak termasuk rumah induk yang di huni orang tuanya. Misalnya, jika dalam suatu <i>taneyan lanjheng</i> terdapat sembilan rumah, berarti terdapat delapan anak perempuan yang dilahirkan<br />
<br />
<b>Sketsa Taniyan Lanjheng</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiIoqm0aJP723T-y0K9LDTTH316-W0UpfgvS1dnOb2gBpXO7SJCYhff66TCr8_7SQqKlXKz747vxyBcoN387UePSGyP41MRzI3G5gSFo0yNAc2YgYShDWR14yQ4FWFKwPo1UqsT9KFFVUq/s1600/taniyan+lanjheng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="178" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiIoqm0aJP723T-y0K9LDTTH316-W0UpfgvS1dnOb2gBpXO7SJCYhff66TCr8_7SQqKlXKz747vxyBcoN387UePSGyP41MRzI3G5gSFo0yNAc2YgYShDWR14yQ4FWFKwPo1UqsT9KFFVUq/s320/taniyan+lanjheng.jpg" /></a></div><br />
<br />
R1, R2,dst = Rumah-rumah yang dihuni oleh masing-masing keluarga.<br />
S = Sumur keluarga.<br />
M = Musolla atau surau.<br />
D1, D2, dst = Dapur untuk masing-masing keluarga. Selain berfungsi sebagai tempat memasak, juga sebagai tempat menyimpan bahan pangan (lumbung)<br />
K1, K2, dst = Kandang-kandang sapi milik masing-masing keluarga.<br />
<br />
Meski pun pada umumnya formasi <i>taneyan lanjheng</i> hanya terdiri dari 4 sampai 8 rumah, tapi pernah ditemukan sebuah kelompok pemukiman <i>taneyan lanjheng</i> di wilayah Kabupaten Sumenep yang formasi nya terdiri dari 12 buah rumah yang dihuni oleh 11 keluarga. Setiap keluarga terdiri dua sampai empat orang sehingga jumlah anggota keluarga seluruhnya adalah 41 orang, terdiri dari 14 laki-laki dan 23 perempuan.<br />
Memperhatikan struktur formasi dan dasar pembentukan pemukiman <i>taniyan lanjheng</i>, tampak jelas bahwa dalam ideologi keluarga Madura anak perempuan memperoleh perhatian dan proteksi secara khusus dibandingkan dengan anak laki-laki. Setiap orang tua Madura selalu menghendaki anak perempuannya tetap tinggal bersama di lingkungan mereka, meskipun anak tersebut telah bersuami. Secara kultural dengan adanya sistem perkawinan kombinasi antara uksorikal dan matrilokal ini, setiap orang tua mempunyai kewajiban membuatkan sebuah rumah bagi setiap anak perempuan yang dilahirkan. Kualitas rumah tergantung dari kemampuan ekonomi masing-masing. Bagi orang tua yang kebetulan secara ekonomi tidak memungkinkan untuk membangun rumah tinggal baru ketika anak perempuannya menikah, biasanya kamar induk yang biasanya mereka tempati direlakan untuk ditempati oleh anak perempuannya tersebut bersama suaminya. Mereka cukup menempati kamar di bagian belakang dekat dapur atau bahkan sebagian dari ruangan dapur itu sendiri.<br />
Perhatian dan proteksi orang Madura pada kaum perempuan tidak hanya terlihat pada struktur formasi dan dasar pembentukan pola pemukiman <i>taaniyan lanjheng</i>, tetapi dapat di lihat pula pada struktur formasi seluruh rumah tradisional keluarga orang Madura. Setiap rumah di sini pasti memiliki sebuah bangunan <i>langgar</i> atau surau atau musholla (masjid kecil). Lokasinya selalu berada pada ujung halaman bagian barat, sebagai simbolisasi lokasi Ka'bah yang merupakan kiblat orang Islam ketika melaksanakan ibadah shalat. Bangunan <i>langgar</i> atau surau atau musholla (masjid kecil) ini tidak saja mempunyai fungsi yang bermakna religius, tetapi secara kultural memiliki fungsi khusus sebagai tempat menerima semua tamu laki-laki. Tujuan utama menempatkan semua tamu laki-laki di bangunan ini adalah mencegah kemungkinan terjadinya perilaku-perilaku negatif berbau seksualitas, akibat pertemuan tamu antara laki-laki tersebut dan anggota keluarga perempuan (terutama istri) dari pihak tuan rumah.<br />
Bagi orang Madura, <i>parseko</i> (sangat riskan secara etika) apabila menerima tamu laki-laki di ruang tamu kecuali orang-orang yang masih mempunyai ikatan kekerabatan. Oleh karena itu tamu laki-laki harus menuju bangunan tersebut, bukan ruang tamu. Di tempat inilah dia akan ditemui oleh tuan rumah (laki-laki). Jika tamu datang bersama istrinya maka hanya istrinya yang boleh masuk ke ruang tamu. Ditempat ini dia akan di temui oleh istri atau kerabat perempuan tuan rumah. Apabila kebetulan tuan rumah (laki-laki) sedang tidak di rumah dan kebetulan pula hanya istri atau anggota keluarga perempuan yang ada, maka setiap tamu (laki-laki) yang datang hanya boleh di sambut dari balik ruangan tanpa menampakkan diri dengan menanyakan keperluannya. Setelah itu, si tamu harus segera pulang dan tidak memaksakan diri menunggu kedatangan tuan rumah. Dengan demikian, kaum perempuan sudah di antisipasi ter lindungi dari segala bentuk perbuatan pelecehan seksual.<br />
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dengan adanya pola pemukiman <i>taniyan lanjheng</i> dan formasi struktur bangunan rumah tradisional pada umumnya, secara kultural memberikan perhatian serta proteksi secara khusus terhadap kaum perempuan, maka kaum perempuan akan merasa aman dalam lingkungan sosial budaya Madura. Setiap anggota keluarga laki-laki khususnya suami berkewajiban untuk senantiasa menjaga kehormatan mereka. Segala bentuk gangguan terhadap kehormatan kaum perempuan (terutama istri) akan selalu di artikan sebagai pelecehan pelecehan terhada kaum laki-laki dan berakhir dengan <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2011/03/antar-lelaki-madura-dan-carok-madura.html">Carok</a>.<br />
<br />
<br />
<br />
Sumber : Dr. A. Latief Wiyata. LKIS, 2002Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-55379177751575171062011-05-03T15:13:00.001+07:002011-05-04T07:58:19.926+07:00Kategori Kerabat di Madura<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuZGaWPhBrSF7RexTFw61ADUpllpS6qquzByGP0D6CcrWwom4ekPGEhndcdMATtxxVXJ1Ww6xw2x_mmpbeiX6M9gPjDzQWo4xFAFTGd6UWEfEMIOew4G4g12Tmwc1ILAV_mQHa77hFhnhE/s1600/Peta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuZGaWPhBrSF7RexTFw61ADUpllpS6qquzByGP0D6CcrWwom4ekPGEhndcdMATtxxVXJ1Ww6xw2x_mmpbeiX6M9gPjDzQWo4xFAFTGd6UWEfEMIOew4G4g12Tmwc1ILAV_mQHa77hFhnhE/s320/Peta.jpg" width="240" /></a></div>Keterangan Gambar :<br />
<div style="text-align: left;">1. <i>Oreng towa </i>(orang tua : ayah/ibu atau parent : F dan M<i> </i>)</div><div style="text-align: left;">2. <i>Kae/nyae</i> (kakek/nenek atau GF/GM)</div><div style="text-align: left;">3. <i>Juju'</i> (orang tua dari kakek/nenek atau GGF/GGM)</div><div style="text-align: left;">4. <i>Gharubhung </i>(orang tua dari <i>juju' </i>atau GGGF/GGGM)</div><div style="text-align: left;">5. <i>Ana' </i>(anak kandung atau Son/S dan Daugther/D)</div><div style="text-align: left;">6. Kompoy (cucu atau GS)</div><div style="text-align: left;">7. <i>Peyo' </i>(cicit atau GGS)</div><div style="text-align: left;">8. <i>Kareppek </i>(anak dari <i>cicit </i>atau GGGS)</div><div style="text-align: left;">9. <i>Taretan </i>(saudara kandung atau Brother/B dan sister/Z)</div><div style="text-align: left;"><i>10. Taretan sapopo </i>(saudara sepupuan atau first cousins)</div><div style="text-align: left;"><i>11. Taretan dupopo </i>(saudara dua pupuan atau second cousins)</div><div style="text-align: left;"><i>12. Taretan tellopopo </i>(saudara tiga pupuan atau third cousins)</div><div style="text-align: left;"><i>13. Majhadi' </i>(saudara dari ayah/ ibu atau FB atau FZ dan MB atau MZ)</div><div style="text-align: left;">14. <i>Ponakan </i>(ponakan atau FBS atau FZS dan MBS atau MZS)</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;">Berdasarkan kategori-kategori gambar tersebut, masyarakat Madura selalu membangun aktivitas-aktivitas afiliasi dan tingkah laku (<i>Affiliations and conducts Activities</i>) dengan <i>Tretan dalem </i>(Saudara dalam) yang mencakup keturunan mereka secara langsung (Lineage), seperti orang tua (ayah-ibu), kakek-nenek, anak-cucu, <i>Majhadi' </i>(sepupu), keponakan, <i>Sapopo</i> (saudara sepupu), dan <i>Dupopo </i>(saudara sepupu generasi kedua). Selain itu, afiliasi-afiliasi juga dibangun dalam lingkungan <i>Tretan semma' </i>(saudara dekat) yang mencakup anggota seketurunan dari kakek nenek (<i>juju'/enju'</i>), <i>Tellopopo </i>(saudara sepupu generasi ketiga), dan orang-orang yang seketurunan dari anak-cucu. <i>Pa'popo </i>(Saudara sepupu generasi keempat) dimasukkan dalam kategori <i>Tretan jhau </i>(saudara jauh). Masing-masing kategori mempunyai tingkatan atau keakraban yang berbeda yang berbeda.</div></div><div style="text-align: justify;">Untuk menjaga keakraban antar sesama kerabat agar tetap kuat, biasanya dilakukan aktivitas-aktivitas sosial seperti saling mengunjungi, baik dalam suasana suka (perhelatan, pertunangan, pernikahan) maupun duka (kerabat sakit, kematian, terkena musibah). Bahkan untuk menjaga keutuhan dan menjalin menjalin kembali ikatan kekerabatan yang dianggap telah mulai longgar atau hampir putus karena proses perjalanan waktu, orang Madura mempunyai kebiasaan melakukan pernikahan antar anggota keluarga (kin group endogamy). Kebiasaan yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan tampaknya telah berlangsung sejak jaman kerajaan, yaitu sejak abad ke-13.¹ Meskipun demikian dalam kebudayaan Madura, ada juga pernikahan antar anggota keluarga yang harus dihindari, yaitu antara anak dari saudara laki-laki sekandung (sepupu) atau antara anak dari dua perempuan sekandung (sepupu) menurut kepercayaan orang Madura jika pernikahan itu dilangsungkanmaka akan terjadi malapetaka bagi yang bersangkutan.</div><div style="text-align: justify;">Pernikahan antar keluarga sendiri diyakini tidak membawa malapetaka justru dapat tetap memelihara, mempertahankan, dan melestarikan hubungan-hubungan kekerabatan oleh orang Madura disebut <i>Mapolong tolang </i>(Mengumpulkan tulang yang bercerai-berai). Bagi keluarga-keluarga kaya, pernikahan ini biasanya terselip maksud yang bersifat ekonomi. Artinya, pernikahan antar anggota keluarga dimaksudkan untuk menjaga agar harta kekayaan yang dimiliki tidak jatuh kepada <i>Oreng loar </i>(orang lain).</div><div style="text-align: justify;">Dalam realitas kultural yang sangat ekstrim, biasanya masyarakat desa justru menjodohkan anaknya yang masih berumur dibawah lima tahun (balita) denbgan anak dari anggota keluarga yang lain pada usia yang sama. Bahkan ada pula sebagian dari mereka yang menjodohkan anak-anaknya ketika anak-anak itu masih berada dalam kandungan ibunya atau pada saat baru dilahirkan. Tujuan menjodohkan anak pada usia sangat muda, selain telah disebutkan diatas, adalah untuk menjaga kehormatan keluarga dari perasaan aib dan malu jika pada waktunya nanti anak perempuan mereka belum menemukan jodoh. Menurut pandangan orang Madura, seorang perempuan seharusnya sudah menikah tidak lama setelah mengalami haid yang pertama atau pada umur 12 sampai 15 tahun. Apabila telah melebihi umur tersebut dan masih juga belum menikah, semua orang akan mencemooh nya sebagai <i>Ta' paju lakeh </i>(perempuan tidak laku). Pada saat itulah kedua orang tuanya serta anak perempuan yang bersangkutan merasakan aib dan malu pada semua orang dilingkungan sosialnya. Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi seperti itu, mudah dimengerti apabila inisiatif menjodohkan anak dibawah umur hampir selalu datang dari pihak orang tua anak perempuan. Inisiatif yang datang dari pihak orang tua anak laki-laki pun punya maksud yang sama. sebab, sebagai satu keluarga besar, mereka pun akan merasakan hal yang sama (aib dan malu) jika ada diantara anggota kerabatnya di cemooh sebagai <i>ta' paju lakeh (</i>perempuan tidak laku).</div><div style="text-align: justify;">Dalam konteks budaya Madura, kebiasaan menjodohkan anak antar keluarga yang masih dibawah umur dan bahkan ketika anak masih dalam kandungan ibunya mempunyai makna atau dapat ditafsirkan bahwa pada dasarnya orang Madura tidak menghendaki seorang perempuan hidup sendiri tanpa pendamping seorang laki-laki sebagai suami, yang antara lain akan melindungi kehormatannya. Akan tetapi, karena sistem kekerabatan dalam masyarakat Madura bersifat patriarkal, yang dalam kehidupan keluarga dicerminkan oleh posisi superordinasi suami terhadap istri, salah satu implikasinya adalah suami selalu <i>mapas </i>kepada isterinya. Sebaliknya, istri senantiasa <i>abhasa </i>kepada suami sebagai ungkapan penghormatan. Kalaupun ada sementara suami yang tidak menggunakan bahasa <i>mapas, </i>biasanya hanya cukup menggunakan bahasa pada tingkatan menengah². lebih dari itu, posisi superordinasi ini terimplementasikan pula dalam peran suami yang sangat dominan hampir di segala segi kehidupan sehingga perlindungan istri cenderung sangat berlebihan.</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii_OU3b6ln1zBUNLUpu4xLX7oH1wWof5eSPO2H0oIt3fa5Ib-L4zQsphA9v-i0pFuKctkXF0-BdUe88W6-56c6O5sTLP9wPZrRGtO9yQbCi-J2NrxjvKapgctKBLdfvSt420gKSbabdqen/s1600/DSC01210.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii_OU3b6ln1zBUNLUpu4xLX7oH1wWof5eSPO2H0oIt3fa5Ib-L4zQsphA9v-i0pFuKctkXF0-BdUe88W6-56c6O5sTLP9wPZrRGtO9yQbCi-J2NrxjvKapgctKBLdfvSt420gKSbabdqen/s320/DSC01210.JPG" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Peran tersebut secara kultural tercermin pada pakaian adat madura <i>pesa' </i>(baju) <i>dan gombor </i>(celana)<i> </i>pakaian tradisional ini model atau rancangannya sangat longgar, sehingga pemakainya bebas bergerak dan dengan mudah dapat memamerkan tubuhnya yang tegap. Sebaliknya, para istri orang Madura di pedesaan harus menggunakan <i>beggel </i>(gelang kaki) terbuat dari bahan alpaka, yaitu campuran perak dan tembaga yang beratnya berkisar antara 3 sampai 5 Kilogram. <i>Beggel </i>ini dipakai di kedua kaki ketika mereka keluar rumah atau bepergian. Ketika berjalan para istri tampak terseok-seok, yang menandakan tidak adanya kebebasan bergerak sebagaimana para suami yang selalu berjalan mengiringi di belakang sambil <i>nyekep </i>(menyelipkan <i><a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/statistik-celurit-sampang-madura.html">Celurit</a></i> kedalam baju). Dengan demikian istri selalu berada dalam pengawasan sangat ketat, yang mengindikasikan mereka sangat berarti dalam kehidupan suami. Setiap bentuk gangguan terhadap kehormatan istri akan dimaknai sebagai pelecehan terhadap harga diri suami dan berakhir dengan <i><a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2011/03/antar-lelaki-madura-dan-carok-madura.html">Carok</a></i>.</div><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">1. <i>Diceritakan dalam babad sumenep. Pangeran Saccadiningrat sebagai Raja di Sumenep menikah dengan saudara sepupu ibunya bernama Dewi Sarini. Dari perkawinan ini lahir seorang putri yang amat cantik dengan julukan <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/potre-koneng-di-sumenep-madura.html">Raden Ayu Potre Koneng.</a> </i></div><i><br />
</i><br />
<div style="text-align: justify;"><i>2. Pada dasarnya penggunaan bahasa Madura hanya dibedakan menjadi dua, yaitu Abhasa (penggunaan bahasa tinggi dan halus), dan Mapas (penggunaan bahasa kasar). Penggunaan kedua jenis bahasa ini sebagai alat berkomunikasi antar anggota keluarga ataun kerabat sangat tergantung pada posisi yang bersangkutan dalam struktur kekerabatan. Misalnya, seorang anak harus abhasa kepada orang tuanya. </i><br />
<i><br />
</i><br />
<i><br />
</i><br />
<i><br />
</i><br />
<i>Sumber : </i>Dr. A. Latief Wiyata, Lkis Yogyakarta</div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-2704413675602016732011-03-17T14:48:00.000+07:002011-03-17T14:48:09.059+07:00Antar Lelaki Madura dan Carok Madura<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuup0vpGPtznZQHxTsLZZ5Guqil_bWwLkgQs_Kz4pWB11v3aSf5uTeutfkFaTN-DRCL2yxL89tNxR6f8saDGdfLudQIaetQ9XQfoTxO9QKZlLYtDWxvQIL8d6P539o5q0DF0ekF8bWp4H_/s1600/celurit-darah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuup0vpGPtznZQHxTsLZZ5Guqil_bWwLkgQs_Kz4pWB11v3aSf5uTeutfkFaTN-DRCL2yxL89tNxR6f8saDGdfLudQIaetQ9XQfoTxO9QKZlLYtDWxvQIL8d6P539o5q0DF0ekF8bWp4H_/s1600/celurit-darah.jpg" /></a></div>Etnis Madura memandang fungsi perkawinan bukan sekedar penyalur kebutuhan ekonomi, afeksi, seksual, perlindungan, dan penentu status anak. Seorang lelaki Madura baru akan menentukan eksistensinya bila telah berkeluarga. Salah satu responden carok berkata : " Saya menikah di hadapan penghulu, disaksikan banyak orang, dan memenuhi urusan agama. Jadi barangsiapa mengganggu istri saya, berarti melecehkan agama dan menginjak-injak kepala saya "<br />
Istri adalah perwujudan kehormatan kaum laki-laki karena merupakan <i>Bhentalla pateh</i> (alas kematian) . Menggangu istri merupakan bentuk pelecehan paling menyakitkan bagi kaum laki-laki Madura. Kasus perselingkuhan (Yang dapat berujung dengan Carok) justru mudah terjadi di Madura. Karena perempuan tradisional madura sudah sejak kecil dijodohkan oleh orang tua mereka. Tak aneh, ada istri yang menyeleweng dengan bekas lelaki idamannya tatkala suami merantau ke negara lain.<br />
Tertanamnya kata carok di benak setiap lelaki madura juga didukung oleh banyaknya ungkapan yang "Memberikan persetujuan sosial" dan "Pembenaran kultural" untuk berangkat carok.<br />
Selain <i>mon ta' bengal acarok je' ngako oreng Madureh </i>(kalau takut duel satu lawan satu jangan ngaku orang madura)<i>, </i>masih ada lagi ungkapan <i>Oreng lake' mate acarok, Oreng bine' mate arembi' </i>(laki-laki mati karena carok, permpuan mati karena persalinan), atau <i>ango'an poteya tolang etembeng poteya mata </i>(lebih baik mati daripada menanggung malu). Carok sebagai manifestasi dan realitas sosial seolah telah diterima sebagai kesepakatan umum.<br />
Lebih dari itu, pelaku carok yang berhasil menewaskan lawan tidak disebut pembunuh, melainkan <i>Blater </i>(Jagoan), terutama jika dilakukan secara ksatria berhadapan satu-satu dan sama-sama bersenjata, Bukan menikam musuh dari belakang (Madura : <i>Nyelep</i>). Di zaman sebelum kemerdekaan, carok banyak dilakukan secara ksatria. Namun semenjak dekade 1980, carok lebih banyak dilakukan secara <i>Nyelep </i>(dari belakang).<br />
Di Madura, seorang lelaki <i>Tako'an </i>( penakut ) akan di ledek sebagai manusia yang tidak memiliki empedu. Kaum perempuan pun biasanya menyindir <i>Tako'an </i>ungkapan. " Sayang sekali aku perempuan, andai memiliki Zakar sebesar cabai rawit saja, aku pasti melakukan carok saja." Di Pamekasan (Madura Timur). <i>Tako'an </i>dijuluki <i>Odi' ka Colo', S</i>ementara<i> </i>di Bangkalan dan Sampang (Madura Barat) di juluki <i>Olle Petta.</i> Makna kedua julukan itu sama : orang banyak bicara, suka mengumpat, dan memaki, tetapi pengecut<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9SPRvrGzx5v83rv3fk6_l5OXw1C4upASb14T82yIydO9uCRXfHp-ZaX4vuOT1tgOj0iCRQ9ViHOr7mR_ErNWPso6fuHM7o-EpyP7qaWMF76duWBJqBNi0MpkZOG3pfyV0BjdsnYMzPXIb/s1600/images+%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9SPRvrGzx5v83rv3fk6_l5OXw1C4upASb14T82yIydO9uCRXfHp-ZaX4vuOT1tgOj0iCRQ9ViHOr7mR_ErNWPso6fuHM7o-EpyP7qaWMF76duWBJqBNi0MpkZOG3pfyV0BjdsnYMzPXIb/s1600/images+%25285%2529.jpg" /></a></div>Carok berkembang menjadi arena reproduksi kekerasan, yang mencatuskan spiral kekerasan baru (carok turunan). Ia diturunkan dari generasi ke generasi melalui sosialisai atau kegiatan ritual. Darah yang belepotan di celurit yang habis dipakai untuk carok Misalnya, akan dijilati pemiliknya bila memenangi pertarungan. Ini manifestasi ungkapan <i>Lokanah daging bisa ejei', Lokanah ateh tadhe' tambanah kajabbah ngero dhere</i> ( Luka badan masih bisa di jahit, tapi sakit hati tiada terapinya kecuali minum darah).<br />
Dokter dan paramedis biasanya tidak memberi bius saat membedah atau menjahit pelaku carok. Pengobatana serampangan itu dikerjakan agar pelaku carok jera dan bertobat. Namun, kenyataannya bekas luka yang tampak menonjol karena jahitan kasar itu malah membuat senang pelaku carok. Mereka dengan bangga mempertontonnya dihadapan umum. Korban caro yang meninggal, terutama <i>Blater </i>(Jagoan), tidak dikubur di pemakaman umum, melainkan di halaman rumah. Pakaian yang berlumuran darah disimpan di lemari khusus agar pengalaman traumatis terus bersemayam di hati anak-cucu.<br />
Tak heran pelaku carok yang selesai menjalani hukuman penjara biasanya sudah dihadang dan langsung dibantai di jalanan swebelum menginjakkan kaki di rumah. Biasanya seseorang memilih sasaran yang dianggap kuat secara fisik maupun ekonomi sehingga keluarga musuhnya itu kelak tidak punya kekuatan lagi ( baik secara fisik atau ekonomi ) untuk meneruskan spiral balas dendam. Sebab sumber daya yang dimiliki musuhnya sudah di habisi terlebih dahulu.<br />
Carok oleh sebagian pelakunya juga dipandang sebagai alat untuk meraih status sosial dikalangan <i>Blater </i>(jagoan), sekaligus sebagai media inisiasi untuk seorang bandit sebelum memasuki komunitas <i>Blater. </i><i>Blater </i>inilah identik dengan perampokan, pembunuhan, <i>Remo, <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/11/tembang-kidung-ketoprak-sandur-madura.html">Sandur</a> , </i>judi sabung ayam, dan <a href="http://bagianjawatimur.blogspot.com/2010/08/pengantar-kerapan-atau-karapan-sapi.html">kerapan sapi</a>. Kultur <i>Blater </i>dengan unsur-unsur religio-magis, kekebalan, bela diri, kekerasan, dunia hitam, poligami, dan sangat menjunjung tinggi harga diri.<br />
<i>Blater, </i>Kendati bergelimang kriminalitas, memiliki peran sentral sebagai pemimpin informal di pedesaan. Bahkan banyak juga diantara mereka yang menjadi kepala desa. Tentu saja, masyarakat cenderung takut, bukan menaruh hormat, kepada kepala desa bekas <i>Blater </i>itu, Mengingat asal usulnya yang kelam. Apalagi kebanyakan <i>Blater </i>tidak pernah mengenyam pendidikan formal, meski beberapa diantara mereka dikenang dalam sejarah. <i>Blater</i> bernama Butil, contohnya, terkenal sebagai pembunuh berdarah dingin saat disewa mengobarkan revolusi sosial di Kota Tegal, Pemalang, dan Pekalongan (1945- 1949).<br />
<i>Blater </i>di Madura kerap dihubungkan dengan dua peristiwa dalam masyarakat, yakni pemilihan kepala desa dan <i>Remo</i> (Arisan kaum <i>blater</i>) merupakan institusi budaya pendukung dan pelestarian eksistensi carok.<br />
Belakangan dikenal tiga persyaratan untuk mempersiapkan carok : <i>Kadigdajan</i> (latihan bela diri), <i>Tamping sereng, </i>(meminta jampi-jampi kekebalan supranatural), dan <i>Bendheh </i>(Kecukupan modal). Lelaki yang mencari kekebalan tubuh sebenarnya membuktikan, pelaku carok takut dengan bayang-bayang kematian. persiapan rumit itu membuat carok bukan lagi manifestasi kejantanan, keperkasaan, dan jiwa ksatria, sebagaimana carok di Madura.<br />
Carok sulit diberantas karena secara kultural berurat-akar dalam tradisi.<br />
<br />
<br />
Sumber : J. Sumardianta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009, JakartaOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-18453963691218857702011-03-02T13:21:00.001+07:002011-03-02T13:27:24.796+07:00Legenda Gunung Semeru Jawa Timur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW1dBDOJkw1Dr-i9m9NYWhwK4MSYzoeowdJ-hfVAtQICmalYgnXpRKXhR4vTLUpAfG0nPqCsNDxnGpgjwQ5CI_m7hx5TwTHjI1wFKaJw6go-nY2599fSDp89aGpOAmENrNV8qhDsZRop9O/s1600/01+Gunung+Semeru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW1dBDOJkw1Dr-i9m9NYWhwK4MSYzoeowdJ-hfVAtQICmalYgnXpRKXhR4vTLUpAfG0nPqCsNDxnGpgjwQ5CI_m7hx5TwTHjI1wFKaJw6go-nY2599fSDp89aGpOAmENrNV8qhDsZRop9O/s200/01+Gunung+Semeru.jpg" width="200" /></a></div>Pada zaman dahulu, tanah Pulau Jawa senantiasa bergoyang. Gempa hampir terjadi setiap waktu, saat itu Pulau Jawa masih belum ada penghuninya sehingga tidak terjadi korban jiwa.<br />
Melihat keadaan Pulau Jawa para Dewa merasa sangat prihatin. Jika keadaan tersebut dibiarkan, Pulau Jawa selamanya tidak dapat dihuni manusia. Itu sebabnya, dengan berbondong-bondong para dewa menghadap Batara Guru yang menjadi pemimpin mereka.<br />
" Sampai sekarang Pulau Jawa masih terus bergoyang kalau tidak segera di atasi, Pulau itu selamanya tidak akan ditempati. Karena itu, Mohon Pukulun ( Tuan ) memikirkannya," kata Dewa Wisnu.<br />
Mendengar laporan tersebut, Batara Guru berpikir keras untuk mengatasi masalah. Setelah beberapa saat merenung, barulah pemimpin para dewa itu membuat keputusan.<br />
" Satu-satunya cara untuk membuat pulau jawa kokoh dan tidak bergoyang adalah dengan memberinya pasak. Karena itu pergilah ke Jambudipa ( India ). Potonglah Gunung Mandara separuhnya dan ambillah puncak Mahameru untuk dijadikan pasak Pulau Jawa," ujar Batara Guru.<br />
"Mohon ampun Pukulun Gunung Mandaran itu sangat tinggi. Puncaknya yang bernama Mahameru sampai menyentuh langit. Jadi, meskipun diambil separuhnya, tetap saja sangat besar dan terlalu berat untuk diangkat serta dipindahkan. Mana mungkin diantara kami ada yang mampu melaksanakan tugas tersebut?'' kata Batara Bayu.<br />
" Sebesar dan seberat apapun suatu pekerjaan, akan menjadi lebih mudah dan terasa lebih ringan bila dikerjakan bersama-sama . Itu sebabnya, kalian harus berangkat bersama-sama dan bergotong-royong untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Perintah Batara Guru.<br />
<br />
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi berangkatlah para dewa ke Negeri Jambudipa. Mereka bahu-membahu memotong Gunung Mandaran menjadi dua. Setelah puncak Mahameru berhasil didapatkan, barulah para dewa itu membagi tugas untuk membawanya ke Pulau Jawa.<br />
Mula-mula, Batara Brahma yang mengubah dirinya menjadi kura-kura raksasa. Kura-kura yang besarnya tiada terkira itu dijadikan alas untuk meletakkan Mahameru.<br />
Kemudian Batara Bayu, sang dewa kekuatan mengangkat Mahameru dengan dibantu dewa yang lain, dan meletakkan nya di punggung kura-kura.<br />
Setelah itu Batara Wisnu mengubah diri menjadi naga raksasa yang panjangnya tidak terjangkau mata. Naga raksasa itu membelit Mahameru, agar tidak sampai terjatuh selama dalam perjalanan.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBP3krgUV8So1HiYy98ZMNBfPI9LRgkcREC2UOT1B0l8d73OpCUjigRtsiQt3yDwPVwKS8hLgjyKZHno0-uxJGovp_Y81n6CdCkhq3moCI6WwglxyBNwgEmhwCU3qrTekJoyhJ_tpPTpr9/s1600/gambar.bmp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBP3krgUV8So1HiYy98ZMNBfPI9LRgkcREC2UOT1B0l8d73OpCUjigRtsiQt3yDwPVwKS8hLgjyKZHno0-uxJGovp_Y81n6CdCkhq3moCI6WwglxyBNwgEmhwCU3qrTekJoyhJ_tpPTpr9/s320/gambar.bmp" width="260" /></a></div> Ketika semuanya telah siap mahameru pun dibawa terbang menuju Pulau Jawa. Pekerjaan yang sangat berat dan sulit. Namun berkat kerja keras dan kerja sama yang baik para dewa, Mahameru akhirnya sampai juga di Pulau Jawa.<br />
Begitu gunung di letakkan di atas tanah, dari puncaknya mengalir air yang sangat jernih. Para dewa yang baru menempuh perjalanan yang sangat jauh, segera berebut mengambilnya. Mereka ingin menghapus dahaga dengan meminum air tersebut. Mereka tidak sadar bahwa air itu sebenarnya adalah <i>Bisa/racun Kalakuta</i> yang mematikan. Sesaat setelah meminumnya, Para dewa itu menemui ajal.<br />
Tidak berapa lama kemudian, Batara Guru datang untuk melihat kerja para dewa. Betapa terkejut nya pemimpin para dewa itu, Mengetahui anak buahnya sudah terbujur kaku, tidak bernyawa.<br />
" Kenapa semua Dewa mati? siapa yang telah membunuhnya? " Kata Batara Guru dalam hati.<br />
Setelah melihat keadaan sekeliling, Batara Guru mencurigai air yang mengalir dari puncak Mahameru lah yang menjadi penyebab kematian para dewa. Untuk membuktikannya, Batara Guru meneguk air <i>Bisa/racun Kalakuta</i> itu.<br />
Ternyata benar, Begitu melewati tenggorokan, leher Batara Guru seketika bagai terbakar. Batara Guru pun memuntahkannya.<br />
Namun sudah terlambat, meski berhasil dimuntahkan, Leher Batara Guru sudah terlanjur terbakar dan tak bisa disembuhkan. Akibatnya, Pada leher Batara Guru terdapat tanda hitam yang tidak dapat dihilangkan. Sejak saat itu, Batara Guru mendapat sebutan " Nilakanta " yang artinya " leher hitam "<br />
" Ganas sekali racun Mahameru ini. Pantas bila para dewa langsung menemui ajal begitu meminumnya," guman Batara Guru.<br />
Akhirnya, dengan kesaktian yang dimiliki, Batara Guru mengubah <i>Bisa/racun Kalakuta </i>menjadi air suci pangkal kehidupan. Air itu diberi nama Tirta Kamandalu.<br />
Tirta Kamandalu itu segera disiramkan ke semua jasad para dewa. Ajaib! Begitu tersentuh Tirta Kamandalu, Para dewa langsung hidup sebagaimana keadaan semula.<br />
<br />
<br />
<b>Catatan</b> :<br />
<ul><li>Cerita ini tergolong dongeng</li>
</ul><ul><li>Cerita ini merupakan asal-usul terjadinya Gunung Semeru, yang puncaknya dikenal dengan nama Mahameru.</li>
</ul><ul><li>Gunung Semeru terletak di Kabupaten Lumajang dan merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Tingginya 3.676 meter di atas permukaan laut.</li>
</ul><ul><li>Cerita ini memberi pelajaran kepada kita, seberat dan sesulit apapun suatu pekerjaan, pasti dapat dilaksanakan bila dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Jika dikerjakan secara gotong-royong maka akan terasa ringan dan lebih nudah diselesaikan.</li>
</ul>Sumber : Grasindo, Agus Kurniawan, JakartaOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-80586291797551262912011-02-27T14:45:00.003+07:002011-03-02T09:27:28.050+07:00Wanita dan Sifat Orang Madura<div style="text-align: justify;"><u>Catatan VOC Daghregister tanggal 15 September 1624</u><i> "Orang Madura nyatanya bukan hanya laki-laki yang ikut berperang, akan tetapi perempuan pun ikut berperang dan peperangan tersebut tidak kalah dari laki-laki. Apabila ada laiki-laki yang luka dibagian punggungnya, maka oleh tentara wanita dibunuh sekalian, sebab dibagian punggung tersebut menunjukkan laki-laki tersebut melarikan diri dari peperangan yang kemudian dikejar oleh musuh sampai berhasil dilukai. Akan tetapi lukanya dibagian depan, maka oleh para wanita madura segera di obati, karena luka yang demikian menunjukkan bahwa luka yang diakibatkan dari pertempuran yang berhadap-hadapan. "</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;">Dari penggalan-penggalan kalimat tersebut, memberikan gambaran bagaimana wanita Madura sangat berperan dalam membantu keberhasilan perjuangan kaum laki-laki. Disamping itu, para wanita Madura berperan besar dalam membangun karakter kaum laki-laki Madura sebagai pejuang yang tangguh, pantang menyerah dan berjiwa kesatria dalam membela kehormatan dan kedaulatan bangsa dan negaranya.</div><div style="text-align: justify;">Nilai-nilai inilah yang senantiasa diturunkan dari generasi ke generasi dan karakter tersebut tetap berlanjut dan menjadi bagian integral dalam prinsip-prinsip hidup masyarakat Madura hingga saat ini.</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, dapat ditarik suatu garis tegas bahwa peran wanita Madura memiliki peran setara dengan kaum lelakinya, baik dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam peperangan sekalipun. Bahkan dalam konteks-konteks tertentu peran wanita Madura terlihat sangat keras dan sangat menentukan keberhasilan kaum laki-laki, tanpa mengesampingkan posisi laki-laki sebagai pemimpin dan pelindung kehormatan wanita.</div><div style="text-align: justify;">Keberadaan Belanda di Madura tentu saja menggangu kedaulatan masyarakat Madura yang waktu itu telah memiliki pemerintahan sendiri. Jadi pada saat itu Madura telah mampu menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa yang mandiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bahasa Madura :</div><div style="text-align: center;"><i>Neng taon 1831 Madhura mabada bharisan se e nyamae Corp Bharisan. Corp Bharisan jareya kaangguy makowat pamarentaan e Madhura, se nyatanah Mhadura la andhi' pamarentaan dhibi', artena Pamarentaan Hindia Belandha ta' noro' ngorose pa-apa se patot elakone ra'yat ban pangraja Madhura.</i></div><div style="text-align: center;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;">Bahasa Indonesia :</div><div style="text-align: center;"><i>Pada tahun 1831 Madura membentuk barisan yang diberi nama Corp Barisan. Corp Barisan ini memperkuat pemerintahan Madura, yang sesungguhnya Madura sudah punya pemerintahan sendiri, artinya Pemerintah Hindia Belanda tidak boleh ikut campur terhadap apa saja yang pantas dilakukan oleh rakyat dan para tokoh-tokoh rakyat Madura.</i></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari kalimat tersebut dapat dikatakan bahwa sudah sejak zaman dahulu ( baca : jauh sebelum Republik Indonesia Merdeka ) Madura telah menjadi suatu negara yang merdeka dan menerapkan prinsip-prinsip otonomi bagi masyarakatnya. Dengan demikian, menganut prinsip berdiri di atas kekuatan sendiri, yang berhak mengatur dan menentukan nasibnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPxpGPQnOA-8QnYZt3tuEiFJQ3pj4u39rv7qz_RCeoK3x0oIJWEjB5yuFTtNKi9dz8V5DR9wE2pctJf1UGy3Via_1-Q4HleCo4jZFibuUX_ldsN2S0TxMWgYdr2tyiiytMn_0JcZU5vWFR/s1600/Grebeg+-+Prajurit+Mantri+Jero+%25281895%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="233" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPxpGPQnOA-8QnYZt3tuEiFJQ3pj4u39rv7qz_RCeoK3x0oIJWEjB5yuFTtNKi9dz8V5DR9wE2pctJf1UGy3Via_1-Q4HleCo4jZFibuUX_ldsN2S0TxMWgYdr2tyiiytMn_0JcZU5vWFR/s320/Grebeg+-+Prajurit+Mantri+Jero+%25281895%2529.jpg" width="320" /></a></div><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun demikian, masyarakat Madura juga menganut prinsip terbuka, menghargai eksitensi dan kedaulatan bangsa lain dan bekerja sama secara proporsional dengan bangsa manapun di dunia ini, tanpa saling intervensi satu dengan yang lainnya. Hal ini terbukti dalam sejarah, walaupun masyarakat Madura memiliki kemampuan dalam pertempuran namun tetap tidak melakukan invasi ke wilayah kekuasaan ( Baca : Kerajaan ) lain. Bahkan sebaliknya para tentara Madura sering dimintai bantuan dalam pertempuran pada jaman Singosari, Majapahit, pertempuran ke Batavia pada jaman pemerintah Islam dibawah pimpinan Raden Fatah, hingga jaman perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Hal ini emberikan gambaran bahwa masyarakat Madura sangat menghargai kedaulatan bangsa lain.</div><div style="text-align: justify;">Jauh sebelum masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Masyarakat Madura pernah diminta bantuan oleh Mataram untuk menghadapi Bupati Blambangan yang ingin memberontak terhadap kekuasaan Mataram. Perlu diketahui, bahwa kerajaan Mataram pernah menjajah Madura, namun karena Mataram meminta bantuan kepada Madura yang pada saat itu dipimpin oleh Bupati Raden Bugan yang kemudian diberi gelar Tumenggung Yudonegara yang berkedudukan di Sumenep Madura. Maka, permintaan Mataram dipenuhi dengan tangan terbuka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bahasa Madura :</div><div style="text-align: center;"><i>Mala Mataram e budi are e jhaman saellana jariya lajhu mintah bhantoan Tumenggung Yudonegara kaangguy matellok Bhupate Blambangan se moale onga' alaban Mataram. Sakejje' bhai Bhupate Blambangan. Mela dari jhareya bi' Mataram lajhu e berri'i jhejhuluk Macan Wulung.</i></div><div style="text-align: center;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;">Bahasa Indonesia :</div><div style="text-align: center;"><i>Bahkan di belakang hari pada jaman setelah itu, Mataram meminta bantuan kepada Tumenggung Yudonegara untuk menaklukkan Bupati Blambangan, yang mulai menampkkan diri ingin memberontak melawan Mataram. dalam waktu yang relatif singkat Tumenggung Yudonegara dan para prajuritnya berhasil menaklukkan Blambangan. Maka dari itu, Tumenggung Yudonegara oleh Mataram diberi gelar Macan Wulung.</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
Dalam prinsip masyarakat Madura, Semua bangsa di dunia ini adalah Saudara, dan wajib memberikan pertolongan apabila ada seseorang yang memerlukan bantuan. Bagi masyarakat Madura, Apabila ada seseorang yang membutuhkan bantuan dan percaya penuh pada masyarakat Madura, ini di ibaratkan lebih dekat dari saudara kandungnya sendiri. Bahkan masyarakat Madura rela mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk membela kehormatan orang yang meminta tolong dan percaya padanya.<br />
<br />
Note :<br />
Bangga ku menjadi Orang Madura<br />
<br />
<br />
Sumber : Penyambung lidah rakyat, Budi Susanto S.J</div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-21887990734499266852011-02-01T18:39:00.003+07:002011-02-03T11:49:20.227+07:00Islam di Madura dan Kebangsaan <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6X6KfT37zN3odrWz59NcuPJBYuGN8RXSJqhV6-Ssrxmo3LpZaRim8eeV5j_PJye17CWZsyEU3RNPlwSrRH5mKEiGOuUrj51ASTrJXVBb0xKkCPZreRwcZr-I6qV0Hrd9wRy_GSeZcz4tu/s1600/0307mbudaya_peta-madura_alt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6X6KfT37zN3odrWz59NcuPJBYuGN8RXSJqhV6-Ssrxmo3LpZaRim8eeV5j_PJye17CWZsyEU3RNPlwSrRH5mKEiGOuUrj51ASTrJXVBb0xKkCPZreRwcZr-I6qV0Hrd9wRy_GSeZcz4tu/s1600/0307mbudaya_peta-madura_alt.jpg" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;"> Memandang Madura, baik sisi keislaman, kesenian dan kebudayaan nya pada akhirnya adalah memandang Indonesia baik keislaman, kesenian dan corak umum kebudayaan nya. Pergumulan atau dinamika islam di Madura adalah pergumulan keislaman, ke madura an dan akhirnya juga keindonesiaan. Apa yang menarik dari dinamika Islam di Madura adalah orientasi kebudayaan suatu masyarakat yang sesungguhnya relatif homogen yaitu orientasi keislaman di satu sisi dan orientasi kemaduraan di sisi lain. Yang pertama sejauh mungkin mengacu pada sumber-sumber ( kebudayaan ) Islam dan kedua mengacu pada tradisi " asli " Madura yang steril dari pengaruh kebudayaan Islam.</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan orientasi ini tentu saja dihadapkan pada pilihan-pilihan untuk membuka diri terhadap berbagai kemungkinan guna mengembangkan diri sebaik mungkin. Dalam konteks ini, membatasi pilihan-pilihan yang tersedia sebagai sumber pengembangan ke-budayaan hanya akan membatasi ruang gerak dan akhirnya akan memperlambat juga laju kemajuannya. Maka pilihan harus dijatuhkan pada saling menerima dan saling memberi dalam batas doktrin, norma dan nilai yang bisa diterima. Demikianlah misalnya Islam bisa memberikan nilai moral dan spiritual pada tradisi " Asli " Madura sehingga melahirkan kesenian dan kebudayaan yang bercorak kemaduraan sekaligus keislaman.</div><div style="text-align: justify;">Pebedaan orientasi kebudayaan masyarakat Madura berikut dinamika sosial dan kultural didalamnya, hanyalah satu eksemplar dari berbagai orientasi kebudayaan Indonesia yang pastilah jauh lebih kompleks. Jika dalam mayarakat Madura yang relatif homogens saja terdapat perbedaan orientasi kebudayaan, maka perbedaan orientasi kebudayaan yang majemuk pastilah suatu hal yang niscaya. Pastilah lebih kompleks pula tarik-menarik, saling rebut pengaruh dan gesekan-gesekan yang ditimbulkannya. Tetapi bagaimanapun semua perkembangan itu dapat ditempatkan sebagai dinamika suatu komunitas religius yang terus menerus berusaha menemukan wujud kebudayaan mereka sendiri di tengah tersedianya sumber-sumber kebudayaan yang melimpah.</div><div style="text-align: justify;">Dalam konteks ini, maka ke madura an adalah merawat tradisi "asli " Madura dalam batas-batas maknanya yang relevan bagi masyarakat Madura sendiri khususnya, keislaman adalah menggali sumber nilai-nilai moral, religius dan spiritual demi memberi isi dan relevansi baru pada ke madura an yang pastilah terus bergerak, keindonesiaan adalah wujud kebudayaan " baru " yang bercorak kemanusiaan sekaligus keislaman yang mau tak mau mengikatkan diri pada Indonesia sebagai suatu komunitas kebangsaan.</div><div style="text-align: justify;">Kontekstualisasi Islam di Indonesia dengan demikian menemukan relevansinya dalam mengakar nya Islam itu sendiri dalam kebudayaan-kebudayaan lokal melalui asimilasi dan akulturasi yang saling menghidupi, memperkaya, memperdalam dan memperluas sehingga saling menguntungkan. Dengan kebudayaan Islam yang terekspresikan dalam kebudayaan-kebudayaan lokal yang melimpah yang berarti meresapkan nilai-nilai moral, religius dan spiritualnya kedalam kebudayaan lokal itu sendiri di satu sisi dan menyertakan kebudayaan " asli " Islam ke dalamnya di sisi lain, Maka Kebudayaan Islam Indonesia adalah wujud kebudayaan yang sedemikian kayanya dan secara keseluruhan akan menjadi kebudayaan " Baru " dengan maknanya yang relevan bagi komunitas yang religius masyarakat muslim terbesar di dunia ini. Dengan orientasi kebudayaan yang secara bersama-sama mengaitkan keislaman, kedaeraha dan keindonesiaan itulah masa depan Indonesia akan hadir sebuah wujud kebudayaan yang kokoh dengan kekayaan yang melimpah.</div><div style="text-align: justify;">Dari sudut pandang kesenian dan simbolik, pengalaman Islam di Madura menunjukkan bahwa belum tuntasnya proses integrasi keislaman dalam ke madura an di tengah relatif " tuntas " - nya islamisasi Madura sendiri bagaimanapun sedikit banyak menyisakan sekat psiko-sosial yang kerap menginterupsi keutuhan entitas dan identitas suatu komunitas budaya di susatu daerah. Ditarik ke aras kebangsaan, pengalaman itu merupakan sebuah dinamika sosial yang sedang ber proses mendewasakan dan mematangkan diri. Identitas kebangsaan pada akhirnya sangat ditentukan oleh dialog kreatif antara sumber nilai keagamaan dan kedaerahan yang secara bersama-sama dapat mengusung keindonesiaan sebagai suatu entitas dan identitas budaya yang majemuk.</div><div style="text-align: justify;">Keindonesiaan dengan demikian sejatinya berakar pada, dan dibangun diatas, sumber-sumber primordial dan tradisional yang tersedia dan secara terbuka berproses untuk saling mematangkan diri melalui dialog budaya kreatif lagi produktif</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Catatan akhir :</div><div style="text-align: justify;">1. Bahkan tidur pun orang Madura tidur dengan " Cara Islam ". Bagi orang Madura tidur adalah " mati sementara ". Oleh karena itu, posisi tidur harus sama dengan posisi ketika mayat orang Madura dikuburkan. Posisi tidur seperti itu untuk mengingatkan orang Madura sebagai penganut agama islam bahwasannya suatu saat mereka pasti akan mati.</div><div style="text-align: justify;">2. di awal tahun 1970 di Madura memakai <i>pantolan</i>/ celana panjang terasa asing secara sosial, sementara memakai peci dan sarung sangat dianjurkan, bahkan suatu keharusan dalam melaksanakan shalat dan acara-acara keagamaan. Shalat memakai <i> pantolan</i>/ celana panjang bukan saja asing melainkan dianggap keliru secara sosial. Dalam batas yang lebih longgar hal itu masih terasa sampai sekarang di banyak daerah di Madura<br />
<br />
Sumber : Misan, <i>Kronik Jaman Baru</i></div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-65938658701036857662011-01-22T08:02:00.005+07:002011-01-26T19:24:15.350+07:00Cerita Asal-Usul Kediri dan Sungai BrantasPada Jaman Dahulu, Di Kediri ada sebuah kerajaan besar. Kerajaan Medang namanya. Rajanya bernama Prabu Airlangga. Prabu Airlannga berasal dari Pulau Bali. Ia adalah seorang putra raja di Bali. Ia menjadi Raja Medang setelah menikah dengan Putri Raja Medang.<br />
Saat usia Prabu Airlangga sudah tua, Ia ingin menjadi pertapa. Tahta Kerajaan Medang akan di serahkan pada Putri Permaisurinya yang hanya seorang. Ia putri yang cantik jelita. Namanya Dyah Sangramwijaya.<br />
Dyah Sangramwijaya menolak keinginan Ayahanda nya. Ia tidak punya keinginan menjadi Raja. Yang menjadi keinginan Dyah Sangramwijaya adalah menjadi seorang pertapa. Ia lalu meminta restu ayahanda nya menjadi pertapa di Goa Selomangleng ( Di Kaki Gunung Klotok Kecamatan Mojoroto Kota Kediri). Ia pun mengubah namanya menjadi Dewi Dewi Kilisuci.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGhV38_3lW6erSXkHbGsgBeeXL1WhC2uHK8pX1GLKT91QBUOJo1HujDHcUbK5IO48XsRYQNRw04do4sDaA0RYQZz0s2uxcbKy9rpkqjcyaF-O8XZi37SCtkVJ_uoQ2RTMUW5JSooe6a9H/s1600/images+%25283%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGhV38_3lW6erSXkHbGsgBeeXL1WhC2uHK8pX1GLKT91QBUOJo1HujDHcUbK5IO48XsRYQNRw04do4sDaA0RYQZz0s2uxcbKy9rpkqjcyaF-O8XZi37SCtkVJ_uoQ2RTMUW5JSooe6a9H/s1600/images+%25283%2529.jpg" /></a></div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Prabu Airlangga lalu berkeinginan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya yang berasal dari selir ( Istri tidak resmi ). Kebetulan sekali, Ia memiliki dua putra dari selir. Kedua Putranya bernama Raden Jayengrana dan Raden Jayanagara. Prabu kebingungan untuk memilih salah satu yang akan di beri tahta Kerajaan Medang.</div>Prabu Airlangga berusaha mencari jalan keluar yang adil. Ia menyuruh Empu Baradha untuk pergi ke Bali. Empu Baradha disuruh meminta tahta kerajaan milik Ayahanda Prabu Airlangga di Pulau Bali untuk salah satu putranya.<br />
Namun, Tahta kerajaan milik ayahanda Prabu Airlangga di Bali sudah diberikan kepada adik Prabu Airlangga.<br />
" Tahta milik Ayahanda Prabu Airlangga di Pulau Bali sudah diberikan kepada adik Prabu Airlangga yang bernama Anak Wungsu!" Lapor Empu Baradha setibanya dari Pulau Bali.<br />
" Tak apa-apa, Bapak Empu! Terima kasih Bapak Empu sudah melaksanakan apa yang kusuruh. Sekarang bantu aku membagi Kerajaan Ini dengan adil untuk kedua putraku, Raden Jayengrana dan Raden Jayanagara!"<br />
" Baiklah, Baginda Raja! Bagaiman kalau hamba yang membagi kerajaan medang ini menjadi dua bagian yang sama besar?"<br />
" Itu lebih baik Bapak Empu! Tapi, bagaimana caranya Bapak Empu membagi kerajaan ini menjadi dua bagian sama besar?"<br />
" Serahkan semuanya pada hamba,Baginda Raja! Hamba yang akan mengaturnya!"<br />
" Baiklah Bapak Empu! Kuserahkan semua persoalan ini kepada Anda!"<br />
<br />
Keesokan harinya, Empu Baradha terbang sambil membawa <i>Kendi </i>( Teko dari tanah liat ) berisi air. Dari angkasa, ia tupahkan air kendi itu sambil terbang melintas persis di tengah-tengah Kerajaan Medang. Ajaibnya, Tanah yang terkena tumpahan air Kendi langsung berubah menjadi sungai. Sungai itu semakin besar dan airnya deras. Sungai itu sekarang bernama Sungai Berantas.<br />
Kerajaan Medang pun sekarang terbagi menjadi dua bagian. Batasnya adalah ciptaan Empu Baradha. Prabu Airlangga pun menyerahkan dua bagian dari Kerajaan Medang itu kepada Raden Jayengrana dan Raden Jayanagara.<br />
" Bagian Kerajaan Medang sebelah timur sungai aku serahkan pada Putraku Raden Jayengrana! Kerajaan itu aku beri nama Kerajaan Jenggala, Sedangkan bagian barat sungai aku serahkan pada putraku Raden Jayanagara. Kerajaan itu kuberi nama Kerajaan Kadiri ( sekarang Kota Kediri )." titah Prabu Airlangga.<br />
Kini tentramlah hati Prabu Airlangga. Ia dengan tenang pergi dari Kerajaan Medang ( Sebelum terbelah ) untuk menjadi seorang pertapa. Prabu Airlangga menjadi pertapa di Pucangan. Ia mengganti namanya menjadi Maharesi Gentayu. Ketika meninggal dunia, Jenazah Prabu Airlangga dimakamkan di lereng Gunung Penanggungan sebelah timur.<br />
That's the Legend..<br />
<br />
Sumber : Edy santosa, OemaryantoOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-19404976655049103772011-01-22T01:08:00.001+07:002011-01-23T02:22:55.906+07:00Cinderalas Kecil<div style="text-align: left;"></div><div style="text-align: left;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtdyIrs6gzZrDl_gKtjzXexVD7stj2SAT_AWQzUfL2l_yFwiBQjOvkdL53-9vDePgxwzLvk_y4Sndy5glxpdki5tQ6rzxovKyXCjAt5a-XtzDgKF1ByphZMJH2KHcb0c0D691l9L5IttXd/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtdyIrs6gzZrDl_gKtjzXexVD7stj2SAT_AWQzUfL2l_yFwiBQjOvkdL53-9vDePgxwzLvk_y4Sndy5glxpdki5tQ6rzxovKyXCjAt5a-XtzDgKF1ByphZMJH2KHcb0c0D691l9L5IttXd/s1600/images.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Baginda Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala, Seorang Raja yang termashur. Sayang, kadang-kadang sikapnya kurang bijaksana. Misalnya dalam menghadapi istrinya yang kedua. Baginda sering menurut saja, Bagai seekor kerbau yang ditusuk hidungnya.</div><div style="text-align: left;">Istri ke dua sang Prabu memang cantik rupawan. Namun, hatinya tidak seindah wajahnya. Wanita ini kerap dikuasai rasa dengki dan yang keterlaluan. Lebih-lebih dalam masalah dengan istri pertama Baginda, yaitu Sang Permaisuri.</div><div style="text-align: left;">" Aku yang seharusnya pantas menjadi permaisuri!" pikir wanita pendengki itu setiap kali." Satu-satunya jalan ialah dengan menyingkirkan perempuan musuhku itu! Sebelum cita-cita ku ini menjadi kenyataan, takkan tentram perasaanku." Padahal Permaisuri itu orang baik juga terhadap istri kedua itu.</div><div style="text-align: left;">Pada suatu hari istri kedua melaksanakan rencana yang telah berhari-hari dipikirikannya.. Ia berpura-pura jatuh sakit. Sakitnya sepertinya parah sekali.</div><div style="text-align: left;">Baginda Raden Putra merasa panik sekali melihat istrinya yang tampak menderita seperti itu. Ia berusaha dengan segala cara supaya istrinya bisa sembuh kembali.</div><div style="text-align: left;">Dibutuhkan tabib dan dukun untuk menolong wanita itu. Salah seorang dukun yang sebenarnya adalh orang suruhan istri kedua menjelaskan sebab-sebab penyakit istri kedua kepada baginda.</div><div style="text-align: left;">" Sesungguhnya sakit Tuan Putri itu disebabkan perbuatan seseorang yang tidak menyukainya. Dia adalah Tuanku Permaisuri sendiri. Agaknya Tuanku Permaisuri merasa iri karena Baginda sangat menyayangi Tuan Putri. Itu sebabnya ia menaruh racun yang nyaris mematikan dalam makanan istri Paduka ini."</div><div style="text-align: left;">Mendengar laporan itu, tanpa menyelidiki lebih jauh, Baginda langsung meradang. Saat itu juga ia langsung menyuruh Patih untuk membawa permaisuri ke hutan dan membunuhnya di sana. Baginda bahkan tidak peduli bahwa saat itu permaisuri sedang mengandung.</div><div style="text-align: left;">Patih adalah orang yang bijaksana. Ia tahu sifat permaisuri. Ia juga tahu bagaimana perangai istri kedua. " Tidak mungkin Permaisuri sampai hati perbuatan keji, Seperti yang dituduhkan istri kedua itu. Permaisuri orang nya baik. Sebaliknya, Istri kedua tidak bisa dipercaya. Sayang, Baginda terlalu mudah dipengaruhi oleh perempuan pendengki itu." pikir Patih.</div><div style="text-align: left;">Atas pertimbangan-pertimbangan itu, Patih tidak sepenuhnya melaksanakan perintah Baginda. Permaisuri memang dibawanya ke sebuah hutan, Namun Patih tidak membunuhnya.</div><div style="text-align: left;">" Mulai saat ini saya anjurkan Tuanku untuk tinggal di hutan ini. Berusahalah Tuanku untuk bertahan sampai Tuanku melahirkan. Oleh kehendak Dewata, Saya percaya, pada suatu saat Tuanku akan dapat kembali ke istana," kata Patih pada Permaisuri, Setibanya di sebuah hutan yang terletak jauh dari istana.</div><div style="text-align: left;">" Akan tetapi bagaimana dengan anda, Paman Patih? Bukankah Baginda memerintahkan anda untuk membunuh saya? Baginda pasti akan menghukummu jika mengetahui anda justru melindungiku." Kata Permaisuri.</div><div style="text-align: left;">" Tentang hal itu Tuanku tidak perlu khawatir. Saya bisa mengatasinya. Saya akan meyakinkan baginda. Percayalah"</div><div style="text-align: left;">" Anda orang yang bijaksana. Terima kasih, Paman Patih," sahut Permaisuri dengan penuh rasa haru. " Kesempatan untuk hidup yang anda berikan tidak akan saya sia-siakan. Saya akan membesarkan anak saya. Semoga kelak dia dapat berjumpa dengan ayahnya." Sejak itu Permaisuri hidup di hutan itu. Sampai pada suatu hari ia melahirkan seorang laki-laki, yang kemudian di kenal dengan nama Cindelaras.</div><div style="text-align: left;">Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan cerdas. Ia bersahabat dengan binatang-binatang penghuni hutan itu dan mengerti bahasa mereka.</div><div style="text-align: left;">Pada suatu hari saat ia bermain di tengah hutan se ekor burung rajawali terbang ke arahnya. Terbang itu kian merendah lalu menjatuhkan sesuatu. Oh tenyata, Sebutir telur ayam hutan.</div><div style="text-align: left;">Cinderalas mengambil dan mengamati telur itu. Rasanya telur itu lebih besar daripada ukuran telur pada umumnya.</div><div style="text-align: left;">" Hemm, Rajawali sengaja menghadiahkan telur ini kepadaku. akan ku tetas kan telur ini!" katanya.</div><div style="text-align: left;">Lalu Cinderalas menemui ular, sahabatnya. Kepada ular besar itu Cinderalas meminta bantuan untuk "mengerami" telur pemberian rajawali.</div><div style="text-align: left;">" Boleh saja. Taruh telur itu," kata ular.</div><div style="text-align: left;">Cinderalas pun meletakkan telur di tengah gulungan badan ular yang panjang itu.</div><div style="text-align: left;">Beberapa waktu kemudian telur tesebut menetas.</div><div style="text-align: left;">" Wah hasilnya seekor ayam jantan!" seru Cinderalasgirang. Lalu dipeliharanya ayam itu sampai besar.</div><div style="text-align: left;">Ternyata ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang nampak kekar dan kuat. Lebih mengherankan adalah bunyi kokok nya :</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Bahasa Jawa :</div><div style="text-align: left;"><i>Kukkuruyuuuk...</i></div><div style="text-align: left;"><i>Jagone Cinderalas</i></div><div style="text-align: left;"><i>Omahe tengah alas..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Payone godong klaras..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Bapakne Raden Putra..</i></div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Bahasa Indonesia :</div><div style="text-align: left;"><i>Kukkuryuuuuuk..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Ayam jantan milik Cinderalas..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Rumahnya di tengah hutan..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Atapnya daun kelapa..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Ayahnya bernama Raden Putra..</i></div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Cinderalas tak habis heran mendengar bunyi kokok yang aneh itu. Oleh dorongan keingingan tahunya, Kemudian ia menanyakan makna kokok ayam itu kepada ibunya.</div><div style="text-align: left;">Permaisuri tercenung mendengar pertanyaan putra nya. " Nampaknya saatnya sudah tiba, " pikirnya. Lalu wanita itu menjelaskan asal-usul nya kepada Cinderalas. Juga, masalah yang menyebabkan sehingga ia terpaksa menyamar menjadi seorang perempuan desa dan hidup di tepi hutan.</div><div style="text-align: left;">" Wah, aku ini anak seorang Raja?" Tanya Cinderalas terkejut.</div><div style="text-align: left;">" Benar anak ku."</div><div style="text-align: left;">" Dan nama ayah ku Raden Putra?"</div><div style="text-align: left;">" Ya "</div><div style="text-align: left;">" Kalau begitu aku harus menemui Ayah."</div><div style="text-align: left;">" Itu tidak mungkin anak ku, " Permaisuri berusaha mencegah. " Pertama, Ayahmu tidaklah percaya padamu.</div><div style="text-align: left;">kedua, kalau sampai tahu, istri muda ayahmu itu pasti tidak akan tinggal diam.</div><div style="text-align: left;">" Aku akan memikirkan caranya, Bu" jawab Cinderalas.</div><div style="text-align: left;">" yang pasti saya tidak ingin ibu terus begini. hidup menderita, sementara perempuan licik itu enak-enakan hidup di istana."</div><div style="text-align: left;">Permaisuri sadar, tekad anaknya tidak mungkin di cegah.</div><div style="text-align: left;">Pada suatu hari Cinderalas turun ke desa dengan membawa ayam jantan peliharaan nya. Setibanya di desa ia menantang adu ayam kepada pemilik-pemilik ayam jantan yang dijumpainya.</div><div style="text-align: left;">Tantangan Cinderalas mendapat sambutan. Akan tetapi, ayam jantan Cinderalas ternyata sangat perkasa. Tak ada seekor ayam jantan pun dari desa itu yang bisa mengalahkannya.</div><div style="text-align: left;">" Wah, ayam ini kuat sekali!" pujiorang banyak.</div><div style="text-align: left;">Berita tentang seorang anak laki-laki yang memiliki ayam jantan segera menyebar kemana-mana. hingga akhirnya sampai ke telinga Baginda Raden Putra. Kebetulan Baginda punya kegemaran menyabung ayam.</div><div style="text-align: left;">" Aku ingin mencoba kehebatan ayam milik anak itu," ujar Baginda. " Carilah dia dan bawalah ke hadapanku."</div><div style="text-align: left;">Cinderalas pun dibawa menghadap Baginda Raja.</div><div style="text-align: left;">baginda mengamati Cinderalas dengan cermat. ' Anak ini nampak tampan dan cerdas. Sepertinya bukan anak kebanyakan," Pikir Baginda. " Siapa dia sebenarnya?"</div><div style="text-align: left;">Pada saat pandanganya beradu dengan sinar mata Cinderalas, Baginda meerasakan getaran aneh dalam dadanya. Baginda semakin merasakan sesuatu yang aneh.</div><div style="text-align: left;">" Hemm, Jadi kamu yang bernama Cinderalas, Pemilik ayam jantan yang terkenal itu? Dan itukah ayam mu?" Tanya Baginda.</div><div style="text-align: left;">" Betul, Yang Mulia "</div><div style="text-align: left;">" Aku yakin ayam ku bisa mengalahkan ayam mu."</div><div style="text-align: left;">" Kita coba saja," tantang Cinderalas dengan penuh rasa percaya diri. " Namun, Apa taruhannya Paduka?"</div><div style="text-align: left;">" Apa sebaiknya menurut kamu?" balas Baginda.</div><div style="text-align: left;">" Saya tidak punya apa-apa. maka taruhan saya adalah leher ini," jawab Cinderalas sambil menuding lehernya.</div><div style="text-align: left;">" Kalau ayam saya kalah, baginda boleh menyuruh orang untuk memenggal leher ini. Akan tetapi, Kalau saya menang, Paduka harus rela menyerahkan separuh dari kerajaan Paduka."</div><div style="text-align: left;">Baginda Raden Putra semakin terkesan melihat ketegasan dan keberanian Cinderalas. Tanpa berpikir panjang, Beliau langsung menjawab, " Setuju! dan jangan berlama-lama, sabung ayam kita mulai sekarang saja!"</div><div style="text-align: left;">" Baik, Baginda!" Cinderalas lalu melepaskan ayamnya ke arena. Demikian pula ayam Baginda Raja.</div><div style="text-align: left;">Dua ekor ayam jantan saling berhadapan. Sesudah saling menaksir kekuatan lawan, Mereka pun mulai berlaga. Lagi-lagi ayam Cinderalas menunjukkan kekuatan nya. Dalam waktu tidak terlalu lama, Ayam Baginda berhasil dibuat lari tanpa ampun ke luar arena!.</div><div style="text-align: left;">" Horeeee!!" Sorak sorak para penonton mengelu-elukan Cinderalas dan ayamnya.</div><div style="text-align: left;">Baginda Raja menatap tajam ke arah Cinderalas, lalu berkata " Aku sudah kalah dan aku tidak akan mengingkari janji ku. Tetapi sebelum ku serahkan separuh kerajaan ini kepadamu, tolong beritahu padaku siapa kamu sebenarnya."</div><div style="text-align: left;">Cinderalas balas memandang Raden Putra. Sesudah itu ia membungkuk dan membisikkan sesuatu kepada ayamnya. Saat itu juga ayam jantan itu menegakkan lehernya.</div><div style="text-align: left;">Kemudian dengan suara nyaring hewan itu berkokok berulang-ulang :</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Bahasa Jawa :</div><div style="text-align: left;"><i>Kukkuruyuuuk...</i></div><div style="text-align: left;"><i>Jagone Cinderalas</i></div><div style="text-align: left;"><i>Omahe tengah alas..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Payone godong klaras..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Bapakne Raden Putra..</i></div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Bahasa Indonesia :</div><div style="text-align: left;"><i>Kukkuryuuuuuk..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Ayam jantan milik Cinderalas..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Rumahnya di tengah hutan..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Atapnya daun kelapa..</i></div><div style="text-align: left;"><i>Ayahnya bernama Raden Putra..</i></div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Baginda tersentak mendengar suara kokok ayam itu. Sementara dengan sura mantap Cinderalas berkata, " Paduka sudah mendengarnya sendiri, bukan?" Nama saya adalah Cinderalas. Ibu saya adalah Permaisuri yang sah dari kerajaan ini. Ayah saya adalah Anda sendiri..."</div><div style="text-align: left;">" Jadi....Kamu anak ku? Tetapi bagaimana mungkin?" tanya Baginda terbata-bata.</div><div style="text-align: left;">Seseorang nampak maju lalu menghaturkan hormat kepada baginda. Dia adalah si Patih. Patih yang bijaksana itu lalu menuturkan duduk perkaranya kepada Baginda.</div><div style="text-align: left;">" Jadi ini semua karena ulah saya, Tuanku. Jika Tuanku menganggap saya bersalah, Silahkan menghukum saya."</div><div style="text-align: left;">Oh..tidak..tidak!" Jawab Baginda cepat." Justru kamu sangat bijaksana, Paman Patih. Kalau saja waktu itu kau benar-benar membunuh Adinda Permaisuri...ohh betapa bodoh dan cerobohnya aku!" seru Baginda sambil menepuk jidatnya.</div><div style="text-align: left;">Baginda lalu menghampiri Cinderalas kemudian memeluknya erat-erat. " Maafkan ayahmu, Nak. Ayah menyesal sekali."</div><div style="text-align: left;">Baginda nampak menyeka matanya. " Bagaimana keadaan Ibumu?"</div><div style="text-align: left;">Ibu baik-baik saja dan Ibu tidak pernah membenci ayah," Jawab Cinderalas.</div><div style="text-align: left;">" Aku akan menjemput Ibumu dan aku sendiri yang akan berangkat!"</div><div style="text-align: left;">Begitulah, Raden Putra lalu berangkat ke hutan menjemput Permaisuri. Sementara itu, Istri kedua dan komplotannya harus menanggung akibat kelicikan mereka. </div><div style="text-align: left;">Mereka semua dijatuhi hukuman berat.</div><div style="text-align: left;">Permaisuri kembali diboyong ke istana dan hidup bahagia disamping suami dan putranya tercinta.</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;">Sumber : Grasindo</div><div><br />
</div><br />
<br />
<i></i>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-73572245248458200152010-11-27T15:26:00.005+07:002011-01-26T16:34:19.243+07:00Asal-usul Patung Gajah di Kecamatan Puncu, Kediri<div align="justify" class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Cerita ini dihubungkan dengan Batu Gajah yang berada di Desa Watugede, kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Jawa Timur. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3hTNtRXnoCQAUb-ERot9w6cxzc4tCcU4Za8RYwYJViCH8I7czU_bTBf7WI0XVT9mantQ_fb3GmfvM6K_-RTvi-S3Tbmy3oLtQNtaw_bKEuT31qW8PzZBVsRwSux-XWw9ITm_ECMk2B5_j/s1600/images+gajah.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3hTNtRXnoCQAUb-ERot9w6cxzc4tCcU4Za8RYwYJViCH8I7czU_bTBf7WI0XVT9mantQ_fb3GmfvM6K_-RTvi-S3Tbmy3oLtQNtaw_bKEuT31qW8PzZBVsRwSux-XWw9ITm_ECMk2B5_j/s320/images+gajah.jpeg" width="240" /></a></div><br />
Seorang pemuda pengembara menetap di sebuah desa, Ia menumpang di rumah pengembala ternak yang bernama Ki Wari.<br />
Pemuda itu tidak pernah mengatakan dari mana asalnya, Ia juga tidak menyebutkan siapa nama aslinya. Namun ketika orang-orang memanggilnya Joko Bodho, ia tidak marah.<br />
Mengapa orang-orang memanggilnya Joko Bodho yang artinya " jejaka bodoh "?<br />
Pemuda pengembara itu memang seperti pemuda yang bodoh saja, tingkah lakunya memang sering konyol dan lucu kadang juga tertawa sendirian karena itu orang-orang memanggilnya Joko Bodho.<br />
Selama ikut menumpang di rumahnya Ki Wari, Joko Bodho menggantikan Ki Wari mengembala ternak. Walau bodoh ia juga pemuda yang rajin, ternak-ternak Ki Wari di rawat dengan baik dan ternak-ternak itu menjadi gemuk dan sehat.<br />
Pada suatu hari sepulang mengembalakan ternak, ia bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Dewi Arum. Dewi Arum adalah gadis tercantik di desa tersebut, ia adalah anak kepala desa. Joko Bodho tertarik dengan kecantikan gadis itu.<br />
"Hei, gadis cantik! maukah kau menjadi istriku?"<br />
Tanya Joko Bodho dengan tingkahnya lucu, Dewi arum menjadi tertawa melihat tingkah Joko Bodho. Timbul niat untuk mempermainkan Joko Bodho.<br />
"Tentu aku mau menjadi istrimu, Joko Bodho! Kau kan tampan. Untuk dapat meminangku, ada sebuah syarat dan Syaratnya adalah kau harus membuatkanku sebuah patung Gajah dalam waktu semalam. Apakah kau bisa Joko Bodho yang tampan?"<br />
"Benarkah kata-katamu itu, gadis cantik? baiklah. Nanti malam aku akan memenuhi syarat yang kau inginkan".<br />
Joko Bodho kegirangan. Ia pun bernyanyi dengan riang sambil membawa ternaknya pulang.<br />
Pada malam harinya, Joko Bodho segera mencari batu besar dan batu besar tersebut hanya dipahat dengan kedua tangannya, sambil bernyanyi-nyayi Joko Bodho terus memahat. Dalam beberapa jam, batu besar itu hampir membentuk seekor gajah besar.<br />
Sementara itu Sewi Arum tidak dapat tidur di rumahnya. Ia khawatir, malam itu Joko Bodho berhasil memenuhi syarat yang di mintanya. Dewi Arum kemudian pergi mencari Joko Bodho dan kebetulan suara nyanyian Joko Bodho di dengarnya. Dewi Arum dengan sembunyi-sembunyi menuju arah suara nyanyian Joko Bodho.<br />
Dewi Arum kaget sekali melihat Joko Bodho hampir menyelesaikan pembuatan patung gajah nya. ia tak menyangka pemuda yang dianggapnya bodoh itu akan memenuhi syarat yang dimintanya.<br />
Sewi Arum bergegas kembali pulang, pikirannya sibuk mencari cara untuk menggagalkan pekerjaan Joko Bodho.<br />
Dewi Arum berhasil menemukan sebuah cara, sesampainya dirumah Dewi Arum segera mengumpulkan jerami, ijuk dan ilalang kering kemudian benda-benda itu dibakarnya. Nyala api yang membara tampak kemerahan dan dilihat dari jauh tampak seperti matahari yang akan terbit.<br />
Dewi Arum juga melepaskan hewan ternak peliharaan ayahnya kambing-kambing pun mengembik dan ayam berkokok dengan keras.<br />
Joko Bodho yang hampir menyelesaikan pekerjaannya menjadi kaget. dilihat sinar kemerahan sudah muncul dan didengarnya suara hewan-hewan ternak mulai ribut.<br />
"Sialan!Mengapa pagi cepat sekali datangnya? Padahal tinggal sedikit sekali pahatanku selesai," gerutu Joko Bodho sambil menghentikan pekerjaanya lalu ia tidur di dekat patung gajah pahatannya yang belum selesai.<br />
Saat matahari pagi sudah tinggi, Datanglah Dewi Arum kemudian membangunkan Joko Bodho.<br />
"Bangun Joko Bodho! Bangun! Sudah pagi!Bagaimana dengan hasil pekerjaanmu semalam?"<br />
"Aku gagal memahat patung gajah ini!" jawab Joko Bodho setelah bangun dari tidurnya.<br />
Dewi Arum memperhatikan patung gajah pahatan Joko Bodho dan tampaklah patung gajah yang dipahat Joko Bodho sepertinya ada dua, yang satunya besar dan kecil.<br />
<br />
"Patung besar itu apa, Joko Bodho?"tanya Dewi Arum.<br />
"Itu patung gajah betina!"jawab Joko Bodho.<br />
"Patung yang kecil?" tanya Dewi Arum penasaran.<br />
"Itu anaknya! Sayang , patung gajah jantannya belum jadi karena pagi cepat datang. jadi, anak gajah itu tanpa bapak!".jawab Joko Bodho dengan lembut.<br />
<br />
Dewi Arum mengangguk-angguk hatinya puas dapat mempermainkan Joko Bodho. Namun, tiba-tiba saja perut Dewi Arum merasa mulas dan ia segera lari pulang.<br />
Sesampai di rumah, rasa mulas itu hilang. Anehnya perut Dewi Arum menjadi membesar seperti orang hamil.<br />
Tak berapa lama kemudian, Dewi Arum melahirkan bayi yang mungil. bukan main malunya Dewi Arum ia belum bersuami tapi sudah melahirkan.<br />
Sementara itu Joko Bodho sudah menghilang dari desa itu dan tak seorangpun yang tahu kemana perginya pemuda bodoh itu pergi bahkan Ki Wari pun tak mengetahuinya.<br />
Sekian.<br />
<br />
Sumber : Edy santosa, Oemaryanto, GrasindoOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-57312611944009108692010-11-20T09:44:00.003+07:002010-12-07T22:12:13.683+07:00Tembang Kidung Ketoprak Sandur Madura<div style="text-align: center;"><i>Slanget</i></div><div style="text-align: center;"><i>Senga'-senga' anak potoh</i></div><div style="text-align: center;"><i>Tadek maleng e kasogi</i></div><div style="text-align: center;"><i>Mon dhulat bunga sakejje'</i></div><div style="text-align: center;"><i>Mon palang etangkel oreng</i></div><div style="text-align: center;"><i>Tak etemmoh babatangngah</i></div><div style="text-align: center;"><i> </i></div><div style="text-align: center;"><i>Balanah posang asareh</i></div><div style="text-align: center;"><i>Bheras maras sampek colgem</i></div><div style="text-align: center;"><i>Mak colgem ekakan seset</i></div><div style="text-align: center;"><i>Seset mera sampek celleng</i></div><div style="text-align: center;"><i>Ma' celleng polana ecokeb</i></div><div style="text-align: center;"><i>Dingding kerrep sampek rang-rang</i></div><div style="text-align: center;"><i>Ma' rangrang polanah ejemmor</i></div><div style="text-align: left;">Dalam Bahasa Indonesia :</div><div style="text-align: center;">Camkanlah wahai anak cucu</div><div style="text-align: center;">Tidak ada pencuri yang kaya raya</div><div style="text-align: center;">Kalaupun beruntung hanya sementara saja</div><div style="text-align: center;">Kalu akan sial di pukuli orang</div><div style="text-align: center;">Mati tidak ditemukan mayatnya</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Keluarganya susah mencari</div><div style="text-align: center;">Beras padat berisi sampai cekung</div><div style="text-align: center;">Cekung karena dimakan capung</div><div style="text-align: center;">Capung merah sampai hitam</div><div style="text-align: center;">Hitam karena ditutup dalam kurungan</div><div style="text-align: center;">Dinding yang rapat sampai jarang</div><div style="text-align: center;">Jarang karena dijemur</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Menyimak isi syair pada tembang tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat diambil. Isi bait yang pertama adalah Unsur Pendidikan, pendidikan yang disampaikan kepada Masyarakat Madura kepada generasi penerusnya ini, berisikan penanaman budi pekerti sejak dini. Lantunan syair-syair dalam pementasan Kethoprak Sandur, merupakan suatu metode bagaimana cara mengajarkan kepada generasi penerusnya agar menjadi orang baik,bukan menjadi pencuri atau kontek yang lebih besar disebut "koruptor".</div><div style="text-align: justify;">Dalam prinsip orang Madura tidak ada pencuri atau koruptor yang kaya raya (dalam arti hakiki). Seorang koruptor tidak akan dapat merasakan kebahagiaan sejati dalam hidupnya, yang ada hanyalah kebahagiaan semu yang bersifat sesaat. Apabila bernasib sial, maka seorang pencuri atau koruptor akan dipukuli bahkan dibunuh orang,mayatnya bisa jadi tidak diketemukan dan seluruh anggota keluarga dibuat susah dan dibuat sengsara hidupnya. Begitulah yang terdapat pada tembang bait pertama tersebut. Apabila dikaji dengan seksama maka pada bait pertama merupakan rangkaian kata mengandung arti <i>denotatif . </i>Sedangkan bait yang kedua mengandung <i>konotatif </i>yang didalamnya terkandung arti kiasan. Kemudian, apabila dikaji pada bait kedua sulit dipahami apa arti sesungguhnya yang terkandung dalam syair tersebut. Pada bait kedua merupakan rangkaian kata-kata yang sarat dengan metafor-metafor, yang menyiratkan isyarat kebolehjadian dari realitas kehidupan yang berisikan simbol-simbol aktifitas keseharian Masyarakat Madura ( pada masa itu bahkan masa kini).</div><div style="text-align: justify;"> Penulis mencoba menanyakan kepada pemain apa sesungguhnya arti dari syair bait kedua. Dengan jujur ia tidak mengetahui secara pasti apa maksud syair tersebut. Menurut asumsi penulis, arti dari syair pada bait kedua tersebut berisi nasehat bagaimana generasi harus banyak belajar dalam kehidupan ini,suka bekerja keras,pantang menyerah,bersikap tegas,teguh dalam pendirian dan kokoh dalam memegang janji. Hal ini sejalan dengan tulisan Sadik dalam buku <i>Sangkolan Madura </i>berkaitan dengan beberapa peristiwa di masa silam. Dalam buku tersebut ada salah satu pesan Kyai Pademawu kepada anak angkatnya Banyak Wedi dan dan kakak kandung nya Jokotole ketika hendak berangkat ke Kerajaan Majapahit untuk membantu bapak angkat Jokotole yaitu Mpu Kelleng,untuk mendirikan pintu gerbang Kerajaan Majapahit.</div><div style="text-align: justify;">Isi pesan Kyai Pademawu adalah :<br />
<br />
</div><div style="text-align: center;"><i>Ba'na sateya bakal entarra da' kennengan se reng-oreng laen se adahddha' bi' oreng Madhure.</i></div><div style="text-align: center;"><i>Mela dari jareya be'na kaduwa pate-ngate je' kor acaca, sabab ca'na oreng Madhura bileh copa reya mon la gheggher ka tana ta' ning ejilet pole.Bariya keya mon oca' la ekoca' aghi ta' kera kenneng emaso' agih pole ka colo', deddhi sabelumah e koca'agi moste epekker ghellu, ba'na kaduwa je' pang-gempang ajhanji ka oreng,sebab</i><br />
<i>mon ba'na ta' nekkane ka jhenjinah jareya be'na andi' otang ben oreng se ajhenji ba'na buruh paggun ngareb ka jhenjinah ba'na.</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Dalam Bahasa Indonesia :</div><div style="text-align: center;"> Sekarang kamu bakal pergi ketempat orang-orang yang bersikeras terhadap orang Madura.Maka dari itu kalian berdua harus berhati-hati jangan asal bicara,sebab menurut orang Madura apabila ludah telah jatuh ketanah tidak dapat ditelan kembali. Demikian juga apabila perkataan telah diucapkan tidak dapat dimasukkan lagi kedalam mulut.Jadi sebelum diucapkan harus dipikir terlebih dahulu,kalian berdua tidak boleh mengobral janji kepada orang, sebab apabila tidak dapat memenuhi janji, maka kamu tetap memiliki hutang dan orang yang terlanjur diberi janji akan tetap mengharapkan janjimu.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kemudian, Kyai Pademawu melanjutkan nasihatnya kepada Banyak Wedi dan Jokotole :</div><div style="text-align: center;"><i>Parloh keyah be'na kaduwa ngenga'en je' arebbhu' tengka, lakona be'na lakone pateppa' jha' ngala' lakonah oreng bhan jhe' nyatat nyale dhi' andhi'na oreng laen, sebab bedhe tello' perkara se maste jhegeh iya areya,jhile,adhet bhen tatengka'an, bariya kiyah bedeh tello' perkara se masteh ka'andi', iya areya bhate' esto, ate jhujur bhen ateh socceh. Serta pole tello' perkara se kodhu ejheuwi iya ariya, bate' tegaan, mamaba ka oreng laen kanthos bhadanna ta' ajhi, serta jhe' biasa'aghi amostaellaghi bhereng se nyata. Tello' perkara pole se kodhu be'na elakowaghi iya areya</i> <i>be'na maste arembheg pa-apa se elakona be'na mon lalakon bhuru, ollena eguna'aghiye ka oreng bennya', bhen mon alalakon jha' dus-garudus ma'le ollena esak, serta mon alalakon bi' oreng bennya' ta' olle reb-sakareb, lakonah oreng bhareng se onggu-onggu. Bariya keya ajjhe' kaloppae tello' perkara pole, tatengk'an se mesteh epeyara iya areya, bakto, pesse, ban kasehaden, tello' parkara se kodhuh ehormadhi iya areya amor, dhang-ondhang, ban aghama..ella mara dhulih mangkat mandar bhe'na kaduwa salameddha kantos dhepa' ka se tojju.</i></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;">Dalam Bahasa Indonesia<i> </i>:</div><div style="text-align: center;">Perlu juga kalian berdua kalian ingat, tidak perlu berebut pekerjaan . Pekerjaanmu kerjakan sebaik-baiknya dan jangan mencela milik orang lain, sebab ada tiga perkara yang harus dijaga yaitu : Lidah, adat dan tingkah laku. Demikian juga ada tiga perkara yang harus dimiliki yaitu : rasa belas kasih, hati yang jujur dan hati yang suci. Juga ada tiga perkara yang harus dijauhi yaitu : Tidak memiliki sikap peduli, merendahkan orang lain sehingga dirinya dirinya tidak ada harganya, serta jangan membiasakan diri meniadakan barang yang sudah jelas ada. Ada tiga perkara juga yang perlu kamu lakukan yaitu : Kamu harus berembuk terhadap apa yang ingin dilakukan kemudian baru dikerjakan, hasil dari pekerjaan tersebut harus dapat memberikan manfaat bagi orang banyak tidak boleh sekehendak hati. Lakukan bersama-sama dengan penuh rasa persatuan. Demikian juga jangan lupa tiga perkara, pekerjaan yang harus dipelihara adalah waktu, uang dan kesehatan dan yang paling akhir yang harus di hormati yaitu : Umur, undang-undang (baca : peraturan)dan ..agama. Ayo segera berangkat, semoga kalian berdua selamat hingga berhasil ketempat yang dituju.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Itulah beberapa nasehat orang tua kepada generasi penerusnya sebagai bekal untuk mengarungi samudra kehidupan, baik dalam aspek agama, sosial, perjuangan maupun pengabdian kepada bangsa dan negara. Dalam peribahasa Madura nasehat tersebut dikenal dengan sebutan <i>Oca' se tello'</i> (Madura : Ucapan yang tiga), karena nasehat tersebut terdiri dari tiga ucapan yang mengandung tiga maka baik dalam aspek agama, moral, sikap dan perilaku dalam hubungannya dalam Tuhan, masyarakat, bangsa dan negara. Nasehat-nasehat tersebut seringkali disisipkan dalam pementasan Ketoprak Sandur atau dalam seni pertunjukan lain seperti ludruk misalnya.</div><div style="text-align: justify;"> Dalam penelusuran data tentang pementasan Kethoprak Sandur baik didaerah Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep pada prinsipnya terdapat kesamaan yang membedakan antara daerah satu dengan daerah yang lainnya adalah dalam hal pengucapan dialog dalam setiap lakon-lakon cerita. Di daerah Sampang misalnya pengucapan dialog terkesan lebih atraktif dengan logat berbicara yang relatif lebih keras (Khas Madura) sedangkan didaerah Sumenep di ujung paling timur Pulau Madura, logatnya relatif lebih halus sebagaimana di Keraton Yogyakarta atau Surakarta (Di Jawa).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Wsy1lTonpDjET6JhtPB_QCBHDLxe0QleaUTVmpid2wQcSQlIxz7Ws2ZmwdMJZEvL7Yxi2KAZb3QiQChX474YHoKGBGg7f_OZzzfLKsUkWFa-iZdKXs9rO1MspfKWF0hITRaXNwnN0aWf/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" linkindex="18" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Wsy1lTonpDjET6JhtPB_QCBHDLxe0QleaUTVmpid2wQcSQlIxz7Ws2ZmwdMJZEvL7Yxi2KAZb3QiQChX474YHoKGBGg7f_OZzzfLKsUkWFa-iZdKXs9rO1MspfKWF0hITRaXNwnN0aWf/s1600/images.jpeg" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"> Ketika ditanyakan bagaimana eksistensi Kethoprak Sandur saat ini, Kethoprak Sandur masih di jumpai di Kabupaten Pamekasan seperti di desa Kangean, Larangan Tokol atau Tlanakan, Nyelabuh dan Bugih sedangkan di Kabupaten lain seperti Bangkalan, Sampang (Ketapang)dan Sumenep diyakini sudah ada, hanya nama tempat dan desanya tidak diketahui Dalam perkembangannya saat ini, Kethoprak Sandur sudah sangat jarang, Fenomena ini boleh jadi akibat begitu banyaknya alternatif hiburan yang sangat impresif dan variatif, baik yang ditonton melalui layar televisi, maupun dari panggung-panggung seni pertunjukan lainnya. Namun demikian, masih ada juga pementasan Kethoprak Sandur yang diadakan dalam acara-acara khusus seperti <i>Remo </i>atau <i>Akarja </i>(Madura : Hajatan) atau bisa juga khitanan dan pernikahan. Kethoprak Sandur biasanya dipimpin oleh seorang jawara yang disegani dan diyakini ilmu kesaktian demikian juga dengan pemain Kethoprak Sandur adalah orang-orang pilihan dalam arti memiliki ilmu <i>Kanuragan</i> atau ilmu bela diri yang cukup tinggi atau setidak-tidaknya untuk dapat bergabung dalam kelompok Kethoprak Sandur (pada saat itu) harus memiliki bekal bela diri dan amalan doa (di Jawa : Mantra-mantra).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyYb-MBcmyp7u0fTLdYHjydyEE-DJyce7VJcVwPF3aEMEeoGR8MMmi2MMq6N31d13y1EzZhbUrFGboK1Na_eSolstiM0zOm6UeyJSJ-D8rTAaHoG62VXemOEp8v7_AhMJH_XLwKx_riIJT/s1600/Buzz.inc0041.jpg" imageanchor="1" linkindex="19" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyYb-MBcmyp7u0fTLdYHjydyEE-DJyce7VJcVwPF3aEMEeoGR8MMmi2MMq6N31d13y1EzZhbUrFGboK1Na_eSolstiM0zOm6UeyJSJ-D8rTAaHoG62VXemOEp8v7_AhMJH_XLwKx_riIJT/s320/Buzz.inc0041.jpg" width="320" /></a></div></div><div style="text-align: justify;"> Biasanya setiap pemain dari penabuh <i>Gamelan, Penari </i>Hingga <i>Pemeran Cerita</i> (aktor) sudah dibekali dengan mantra-mantra yang tujuan nya adalah untuk memproteksi serangan dari pihak musuh-musuhnya, baik dengan orang-orang yang tidak suka dengan Kethoprak Sandur tersebut maupun penjajah belanda pada saat acara tersebut dipentaskan. Dengan demikian pementasan Kethoprak Sandur pada waktu itu, benar-benar diliputi dengan nuansa sakral. Maka tidaklah mengherankan apabila pada saat pementasan berlangsung, mampu memunculkan motivasi semangat juang melawan penjajahan Belanda juga memicu berkobar nya jiwa patriotisme dari para penontonnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"> Seiring dari perkembangan jaman, ketika penjajah Belanda sudah hengkang dari Bumi Madura, Kethoprak Sandur sudah mulai bergeser dari nilai-nilai kesakralan dan heroismenya ke seni pertunjukan yang bersifat hiburan belaka. Hal ini dapat dimungkinkan karena mulai berkembangnya seni pertunjukan lain yang bersifat profan dengan berbagai alternatif penampilan. Dalam perjalanannya, Kethoprak Sandur kemudian sering diundang untuk dipentaskan ketempat-tempat orang yang diindikasikan memiliki ilmu kanuragan yang di kalangan orang Madura di sebut <i>"Bajingan" </i>(Madura: Orang yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi, pengaruh besar, kaya yang terkadang bisa berbuat baik tetapi juga berbuat jahat ) sehingga citra Kethoprak Sandur menjadi bias dari eksistensi awal keberadaannya.</div><div style="text-align: justify;"> Dalam perkembangannya, pada saat pementasan Kethoprak Sandur berlangsung, kadangkala terjadi keributan antara penonton yang berujung kematian yang akibat perkelahian massal dengan menggunakan senjata tajam <i>Celurit </i>yang dikenal dengan istilah <i>"Carok</i>" (Madura: menggunakan senjata khas Madura yang disebut <i>Celurit</i>). Nilai sakral dan heroisme Kethoprak Sandur juga mulai bergeser karena pada saat hajatan dengan pementasan Kethoprak Sandur tersebut tidak jarang pula muncul arena judi dan mabuk-mabuk kan yang berujung berakhir pada perkelahian massal dan kematian.</div><div style="text-align: justify;"> Setelah era 1980-an walaupun Kethoprak Sandur sudah jarang dipentaskan, namun ada juga yang mengundang nya untuk pementasan dalam acara hajatan tertentu seperti acara khitanan atau pernikahan misalnya, bahkan salah satu <i>Tabbuhan </i>(baca: iringan musik) dari <i>Sandur</i> saat ini sering juga digunakan untuk memberi semangat dan memeriahkan lomba <i>Kerapan sape </i>( Kerapan Sapi).</div></div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-5047305627924301752010-11-19T18:03:00.001+07:002010-11-19T18:05:32.118+07:00Statistik Celurit Sampang MaduraDi samping pertanian,aktivitas-aktivitas di bidang pertenakan,perdangan,kelautan(nelayan,perikanan,pelayaran) dan usaha kerajinan merupakan sumber pendapatan alternatif,khususnya berupa kerajinan pembuatan senjata tajam,cukup menonjol.Hasil pemantauan lapangan di beberapa desa(ibu kota kecamatan),setiap hari pasaran selalu terdapat beberapa orang pedagang yang secara khusus menjual hasil kerajinan tersebut. Setiap pedagang senjata tajan selain menggelar berbagai jenis senjata tajam yang biasa digunakan untuk kegiatan pertanian dan rumah tangga,juga menyediakan sekitar 10-15 celurit yang biasa digunakan untuk <i>carok (1)</i> .Jenis celurit yang paling populer adalah<i>Arek Takabuwan (2)</i> selain itu ada yang disebut <i>dhang osok (3)</i>, <i>tekos bu-ambu</i> (bentuk nya seperi tikus yang sedam diam). <i>Lancor</i> (sejenis celurit yang memiliki variasi lengkungan yang terdapat diantara tempat pegangan tangan dan ujung senjata tajam),<i>bulu ajem</i> ( mirip bulu ayam), <i>kembang turi,monteng,sekken (4)</i>, <i>laddhing pangabisan (5)</i> (pisau belati), <i>calo'</i> (sejenis celurit tapi mempunyai lekukan di bagian batang tengah tubuh), <i>bhirang atau bhiris</i> (keduanya jenis parang) <i>koner,langkeng dan thombak</i> (tombak).<br />
Celurit untuk carok selalu di taruh secara tersembunyi di balik tempat penjualan. Hal ini di maksudkan agar mereka terhindar dari operasi yang biasa dilakukan oleh aparat kepolisian.Sebab, menyimpan, membawa, apalagi menjual senjata tajam tanpa ijin merupakan suatu tindakan kejahatan yang akan terkena sanksi hukum, sesuai pasal 2 ayat (1) Undang-undang Darurat nomer 12 tahun 1951. Meskipun semikian setiap orang yang memerlukan celurit itu dapat dngan mudah membelinya setelah berbisik-bisik dengan pihak pedagang.Sebilah celurit yang kualitas nya baik karna terbuat dari baja murni atau rel kereta api dengan ukuran panjang sekitar 40-50 cm, harganya dipasaran gelap berkisar Rp 250.000 sampai Rp 500.000. Celurit yang kualitas nya sedang atau rendah karena bahannya dari besi biasa dengan ukuran panjang yang sama, harganya berada di bawah nya paling murah sekitar Rp 100.000.<br />
Jika pada satu pasar desa setiap hari pasaran terdapat sekitar 10 orang pedagang senjata tajam, berarti pada saat itu tersedia sekitar 100-150 celurit khusus untuk kepentingan carok. Karena hari pasaran berlangsung dua hari dalam seminggu, berarti selama seminggu akan tersedia sampai 200-300 celurit. Kabupaten Sampang terdiri dari 14 wilayah kecamatan, berarti dalam seminggu terdapat sekitar 3000-5000 celurit<i> (6)</i> menurut pengakuan beberapa pedagang setiap hari ereka dapat menjual rata-rata antara 2-3 celurit. Ini berarti bahwa setiap minggunya akan terjual sekitar 40-60 celurit. Data iini menginikasikan bahwa carok di Madura khususnya Kabupaten Sampang bukan lagi suatu kemungkinan, melainkan dapat sikatakan sebagai keniscayaan.<br />
-> ( 1 )Celurit jenis ini mudah dibedakan dari celurit untuk carok dengan hanya melihat bentuk nya yang tidak melengkung dengan sempurna dari batas pegangan sampai ujung.Selain itu, karena bahannya bukan dari baja murni dan pengerjaannya yang terkesan tidak rapi, maka permukaannya terkesan kasar dan agak hitam. Celurit untuk carok permukaannya putih mengkilap dan sangat halus, yang menandakan tingkat ketajaman yang sangat tinggi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinKEhpx3MUodt3WbukGRdoOrUMvUF5Oroj0gVAgy-M66BS8Sp_hUtTPMDqpOsmxgwJMQtsPxLvUM4sI4CIu8HRRE4OGWOoSPY1LzTNBmIYJnsA9irA-tEdFPg_KamrfHXATosnYUtEshSN/s1600/default2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="145" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinKEhpx3MUodt3WbukGRdoOrUMvUF5Oroj0gVAgy-M66BS8Sp_hUtTPMDqpOsmxgwJMQtsPxLvUM4sI4CIu8HRRE4OGWOoSPY1LzTNBmIYJnsA9irA-tEdFPg_KamrfHXATosnYUtEshSN/s200/default2.jpeg" width="200" /></a></div>-> ( 2 )Arek Takabuwan adalah jenis celurit yang sangat banyak diminati oleh banyak orang Madura. Nama Takabuwan diambil dari desa tempat di buatnya yaitu Desa Takabu,celurit ini dimana bentuknya sangat bagus, tingkat ketajamannya bisa di andalkan karena bahannya terbuat dari campuran besi berkualitas baik. Badan celurit berbentuk melengkung mulai dari batas pegangan sampai ujung. Hal yang menarik, lengkungan celurit ini sangat serasi dengan panjang nya yang hanya sekitar 34-40 cm.Pegangannya terbuat dari bahan kayu yang biasanya di cat warna hitam atau coklat tua, yang panjang nya hanya 7,5-10 cm cukup pas untuk pegangan tangan orang dewasa biasanya orang yang memiliki jenis ini bukan untuk tujuan dipakai sebagai alt rumah tangga atau menyabit rumput,melainkan sebagai <i>sekep</i> (senjata tajam yang sengaja selalu dibawa pergi untuj tujuan "menjaga segala kemungkinan" jika sewaktu-waktu terjadi carok). Harga senjata tajam ini dipasaran sekitar Rp 150.000-Rp. 200.000 ribu.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMGOBYvAEiJs7tkS6YpbJReQLXa3g19ISs86cwcbSgFJK40_CqMGq4BtgastQBXiDCcPSqmrBgbxVW5HBPZgnbVH-SLtic5afT7eRvZWircaQW1Beolc1mhmfBXD2mAuP2eTrSsE-egJ4M/s1600/default3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMGOBYvAEiJs7tkS6YpbJReQLXa3g19ISs86cwcbSgFJK40_CqMGq4BtgastQBXiDCcPSqmrBgbxVW5HBPZgnbVH-SLtic5afT7eRvZWircaQW1Beolc1mhmfBXD2mAuP2eTrSsE-egJ4M/s320/default3.jpeg" width="320" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJLX-Eg89HzeSnwXuGPmpP7fT_uDYZ8DUCLHXdCMGGUV0f5SEPWX715K-sryoxqw7q_niP3d0-THiBhCwwUF_ERIqSMMPocbjVuA3hli0ZmJEAO-pvQqubcenilSDmDjCBgKZCuAWb4YJf/s1600/default.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>-> ( 3 )Dhang osok diambil dari nama buah pisang yang ukurannya lebih panjang dari rata-rata orang biasa. Kata "Dhang" merupakan singkatan dari kata "Geddhang"( Indonesia : Pisang),sedangkan "osok" merupakan dari jenis pisang tersebut. Senjata tajam ini memiliki bentuk seperti buah pisang yang banyak di temukan di Madura panjang nya melebihi rata-rata celurit( Madura : Are') pada umumya yang hanya sekitar 40 cm. Badan senjata agak lengkung panjang sekitar 60 cm dan mempunyai pegangan yang terbuat dari bahan kayu dengan ukuran panjang sekitar 40 cm. Senjata ini dimiliki oleh orang madura bukan untuk keperluan rumah tangga melainkan untuk mempertahankan diri karena bentuknya yang melebihi ukuran celurit pada umumnya jenis senjata tajam ini tidak bisa dibawa bepergian, tetapi ditaruh di dalam rumah yang sewaktu-waktu dapat di ambil dengan cepat bila diperlukan, Oleh karena itu harga dari celurit ini mahal dikarenakan bahannya teruat dari bekas rel kereta api yang kisaran harganya adalah Rp 300.000 ribu.<br />
-> ( 4 )Sekken adalah sejenis pisau namun berukuran kecil panjang tidak lebih dari 15 cm lebar sekitar 3 cm karena ukurannya kecil senjata tajam ini selain dapat ditaruh dan di sembunyikan di balik baju juga mudah di bawa kemana-mana tanpa mengundang kecurigaan dari orang lain. Bagi orang di Madura pedesaan sudah merupakan rahasia umum bahwa hampir setiap oran <i>Blater</i> dapat dipstikan selalu menyelipkan senjata tajam ini di balik bajunya jika mereka tidak membawa celurit (are' takabuwan) atau pisau(laddhing pangabisan).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDGhTMMl-tZHlmrVeP4gHmFZ8IleBtEnqeRsYjhfZLPVvBwmU0Rn8YKDIyDxPfHRZa3zr_1FtFKXC27uJACQF6lpBxtHZvhMzfnwBvgiXEUrL3SRauQFVBBkHJB4FGYa7WJudKFMGOOZEL/s1600/4.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDGhTMMl-tZHlmrVeP4gHmFZ8IleBtEnqeRsYjhfZLPVvBwmU0Rn8YKDIyDxPfHRZa3zr_1FtFKXC27uJACQF6lpBxtHZvhMzfnwBvgiXEUrL3SRauQFVBBkHJB4FGYa7WJudKFMGOOZEL/s320/4.jpeg" width="320" /></a></div><br />
-> ( 5 )Pisau ini berukuran panjang sekitar 40 cm dan lebar 7,5cm, lebih panjang dan lebih lebar dari ukuran pisau biasa.Selain itu, pisau ini sangat terkenal ketajamannya karena terbuat dari baja murni,sehingga harganya cukup mahal yaitu berkisar antara Rp.75 ribu sampai Rp.100 ribu. Menurut pengakuan beberapa orang blater,kelebihan senjata jenis pisau dibandingkan celurit adalah pada bentuknya yang lurus sehingga lebih mudah diselipkan di balik baju dan tidak kelihatan dari luar.<br />
-> ( 6 )Bandingkan situasi Madura pada sekitar abad ke-19,yang ditengarai jumlah senjata tajam ketika itu sangat banyak,seolah-olah bisa menimbun selat Madura. Oleh karena itu pemerintah kolonial mengeluarkan larangan membawa senjata tajam bagi penduduk Madura.<br />
<br />
Sumber : A. Latief Wiyata,Carok,PT LKiS Pelangi Aksara, 2002Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-36205352847431319972010-11-14T13:30:00.000+07:002010-11-14T13:30:21.923+07:00Berdirinya Kerajaan MajapahitDi wilayah Kabupaten Mojokerto ada desa bernama desa Trowulan. Di desa Trowulan inilah dulu diperkirakan tempat keraton (istana) Majapahit berdiri. Di Trowulan sekarang didirikan Museum Purbakala Trowulan. Banyak benda-benda bersejarah di simpan di museun ini. Letak museun ini berada di tepi jalan raya sehingga memudahkan orang untuk berkunjung kesana.<br />
Berdirinya Kabupaten Mojokerto tak bisa dipisahkan dari Kerajaan Majapahit. Kabupaten Mojokerto adalah penerus Kerajaan Majapahit yang telah runtuh. Tentu saja penamaan Mojokerto dilakukan jauh setelah majapahit runtuh.<br />
Kisah Kerajaan Majapahit ada dua macam (versi) yang satu menurut cerita sejarah dan yang satunya menurut cerita rakyat (babad). berdirinya Kerajaan Majapahit menurut versi sejarah bisa di baca daam buku pelajaran sejarah, sedangkan menurut cerita rakyat (babad) adalah sebagai berikut.<br />
Konon, dahulu ada seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang melarikan diri ke wilayah Pulau Jawa sebelah timur. Pangeran itu bernama Raden Jaka Sesuruh. Ia melarikan diri karena Kerajaan Pajajaran dikuasai pemberontak yang bernama Ciung Wanara.<br />
Ciung Wanara sebenarnya masih putra Raja Pajajaran sendiri. Ia lahir dari salah satu istri (selir) Raja Pajajaran karena diramalkan kehadirannya akan membawa akibat buruk, saat bayi Ciung Wanara dibuang oleh Raja Pajajaran. Setelah dewasa, ia bermaksud untuk balas dendam. Oleh karena itu, Ciung menyerbu Pajajaran dan menguasai.<br />
Raden Jaka Sesuruh terus berlari ke timur. Ia ingin ke puncak Gunung Kombang. Ia ingin meminta petunjuk kepada nenek pertapa itu. Apa yang dilakukannya sekarang.<br />
Di tengah perjalanan Raden Jaka Sesuruh merasa kehausan perutnya juga sudah berkali-kali merasa lapar. Beruntung ia, karena tidak jauh ada sebuah rumah dan rumah itu besar, namun sangat sederhana yang atapnya dari rumbia dan dinding nya dari kulit kayu kering kemudian Raden Jaka mendatangi rumah itu.<br />
Seorang pemuda membukakan pintu saat Raden Jaka Sesuruh selesai mengetok pintu.<br />
"Siapakah Tuan? ada keperluan apakah tuan datang kerumah saya?"tanya pemuda itu.<br />
"Aku adalah pengembara danaku ingin meminta air minum dan sedikit makan jika ada. bolehkah?"<br />
"Tentu boleh tuan! Mari silahkan masuk!"<br />
Raden Jaka sesuruh kemudian masuk kedalam rumah, di dalam rumah ada dua orang pemuda dan seorang gadis.<br />
"Perkenalkan Tuan. nama saya Jaka Wirun. Dua pemuda dan gadis itu adalah adik-adik saya, dua pemuda itu bernama Jaka Nambi dan Jaka Bandar sedang seorang gadis itu bernama Rara Uwuh. Lalu, siapakah nama Tuan?" Tanya Jaka Wirun.<br />
Namaku Raden Jaka sesuruh. Aku berasal dari kerajaan Pajajaran.<br />
"Oh maafkan hamba, Raden! hamba tidak tahu kalau anda seorang pangeran dari Pajajaran. Ayo Rara Uwuh segera siapkan makanan dan minuman untuk Raden Ini!"<br />
Rara Uwuh segera menyiapkan apa yang diinginkan Raden Jaka sesuruh.<br />
Raden Jaka sesuruh segera meminum air minumnya lalu mengisi sedikit makan untuk mengisi perutnya.<br />
"Apakah Gunung Kombang masih jauh dari sini?" tanya Raden Jaka sesuruh setelah memakan dan minum nya.<br />
"Tidak begitu jauh, Raden. Namun berbahaya kalau Raden pergi ksana sekarang, hari sebentar lagi malam. Sebaiknya, Raden menginap dulu disini besok pagi-pagi kami antar Raden kesana!" kata Jaka Wirun.<br />
Untuk apa kalian mengantarku?" tanya Raden Jaka sesuruh ingin tahu.<br />
"Kami ingin menjadi pengikut Raden, kami lihat Raden sendirian mungkin kami bisa membantu Raden nanti."<br />
Raden Jaka sesuruh membenarkan kata-kata Jaka Wirun. Akhirnya, Raden Jaka sesuruh memperbolehkan Jaka Wirun dan saudaranya menjadi pengikutnya.<br />
Malampun berlalu pagi telah datang dan Raden Jaka sesuruh berangkat menuju Gunung Kombang di iringi Jaka Wirun dan ketiga saudara nya kemudian mereka sampai ke puncak Gunung Kombang dan seorang nenek pertapa menyambut kedatangan mereka.<br />
"Aku sudah ahu maksud kedatanganmu,Raden sekarang Raden teruslah berjalan ke timur berhentilah saat Raden menemukan sebuah pohon maja yang buah nya hanya sebuah dan aku akan memberikan Raden dua ekor burung perkutut yang mana burung itu yang akan menunjukkan dimana letak pohon maja itu kemudian bukalah hutan di sekitar pohon maja tersebut jadikan sebuah perkampungan yang mana disitu Raden akan menjadi orang besar!" kata nenek pertama yang kemudian menghilang.<br />
Sehilangnya nenek pertapa datanglah dua ekor burung perkutut kedua burung perkutut tersebut berputar-putar diatas kepala Raden Jaka Sesuruh kemudian burung perkutut tersebut terbang pelan kea timur.<br />
"Ayo kita ikuti kedua burung itu!" ajak Raden Jaka Sesuruh pada Jaka Wirun dan ketiga saudara nya.<br />
Mereka mengikuti kedua ekor burung perkutut itu terbang setelah cukup lama akhirnya kedua burung itu hinggap di suatu pohon dan itulah pohon maja dan pada saat itupohon itu sedang berbuah dan hanya satu buah nya.<br />
"Kita telah sampai, lihatlah itu pohon maja buahnya hanya satu dan keduaa pohon itu hinggap di dahannya," kata Raden Jaka Sesuruh.<br />
"Untunglah sudah sampai, aku haus sekali biarlah kita makan buah itu mungkin, bisa menghilangkan rasa hausku!" kata Jaka Wirun.<br />
Ia mengambil buah maja itu kemudian membelah dan membaginya dengan saudara-saudara nya. Namun, apa ayang terjaadi saat mereka memakan buah maja tersebut?<br />
Buah maja tersebut ternyata pahit rasanya, Jaaka Wirun segera memuntahkan buah tersebut yang mana telah terlanjur memakannnya.<br />
"Maja pahit! buah maja ini rasanya pahit" teriak jaka wirun.<br />
Raden Jaka Sesuruh tergerak hatinya mendengar teriakan Jaka Wirun itu kemudian Ia memandangi sekeliling.<br />
"Kalian jadi saksinya,tempat ini aku namakan Majapahit! ayo sekarang kita mendirikan tempat menginap seadanya dulu.Mulai besok kita akan menebangi pepohonan untuk menciptakan tempat pemukiman baru."<br />
Keesokan harinya mereka memulai menebangi pepohonan.Setelah beberapa lama,terbukalah hutan itu.Rumah-rumah segera di bangun dari batang-batang pohon sisa tebangan maka, jadilah majapahit menjadi sebuah dusun kecil dan lama-lama banyak pendatang baru yang ingin gabung jadilah Majapahit sebuah desa yang ramai semakin lama semakin banyak pendatang baru.Raden Jaka Sesuruh mengajak mereka membangun mereka agar lebih maju.<br />
Majapahitpun akhirnya menjadi kerajaan dan Raden Jaka Sesuruh diangkat menjadi rajanya yang mana bergelar Prabu Brawijaya. Prabu Wijaaya mengangkat Jaka Wirun menjadi Patih nya, sedangkan Jaka Nambi diangkat menjadi penasehat raja, kemudian Jaka Bandar diangkat menjadi panglima perang dan Rara Uwuh diangkat menjdi kepala dayang-dayang.<br />
<br />
note book :<br />
These stories include legends<br />
Masyarakat mojokerto mengenal betul legenda ini memang, legenda ini berbeda dari cerita sejarah.Dalam cerita sejarah, yang mendirikan Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Konon saat Kerajaan Majapahit runtuh bekas wilayahnya menjadi kadipaten-kadipaten kecil. Wilayah Majapahit sendiri berubah menjadi Kadipaten Japan dan pada zaman Sultan Agung (Mataram Islam), Kadipaten Japan diubah menjadi Kadipaten Mojokerto dan nama Mojokerto tetap dipakai hingga sekarang menjadi Kabupaten Mojokerto,Jawa timur. <br />
<br />
Sumber : GrasindoOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-53003573410255264762010-11-14T05:43:00.001+07:002011-02-03T12:01:25.151+07:00Asal Usul BanyuwangiDahulu kala di kaki Gunung Raung ada sebuah desa yang letaknya terpencil jauh dari desa yang lain. Desa Parang Alas namanya. Di situ hidup Ki Buyut Kancur dengan seorang anaknya yang cantik, Sri Tanjung namanya.<br />
Kecantikan Sri Tanjung bukan saja dikenal oleh para perjaka di desanya, tetapi sampai ke desa-desa yang lain, mereka tahu siapa Sri Tanjung setiap lelaki yang bertemu dengannya pasti menyukainya.<br />
Pada suatu hari di kerajaan Sindureja, Raja Sidareja sedang bermusyawarah dengan Sidapaksa, patihnya.<br />
" Hai Patih, tahukah kamu mengapa aku memintamu untuk menghadap?"<br />
"Ampun Gusti, Hamba belum mengetahuinya"<br />
"Ketahuilah bahwa ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu. Pada saat ini Permaisuri sedang hamil muda dan aneh-aneh yang di mintanya namun, semua itu sudah aku penuhi kecuali satu, yaitu daging menjangan muda. Oleh karena itu aku memintamu untuk mencarikannya, Ini perintah Patih kamu harus laksanakan. Jangan menghadap aku sebelum engkau berhasil menangkap menjangan muda!"<br />
"Hamba bersedia Gusti, hari ini hamba berangkat".<br />
Pagi-pagi sebelum matahari terbit, tanpa pengawal Patih berangkat ke hutan, dengan tujuan menangkap menjangan (rusa) muda. Dengan mata tajam di awasinya segala macam gerak yang ada di dalam hutan itu kalau-kalau ada se ekor menjangan muda melompat. Anehnya meskipun ia jauh masuk kedalam hutan itu, tak se ekor binatang dijumpainya.<br />
Hari pun semakin sore, dengan kecewa ia menuju pedesaan terdekat untuk beristirahat dan dipilihnya desa yang terdekat dengan hutan itu. Sampailah ia di desa Parang Alas. Desa ini sepi namun bersih. Di ketuk nya rumah yang terletak di ujung desa, Ki Patih sangat terkejut ternyata yang membukakan pintu seorang gadis yang amat cantik. Ia terpesona memandang gadis itu. Untuk beberapa saat Ia tidak berbicara apa-apa dan dia tersadar saat di sapa si gadis.<br />
"Tuan mencari siapa?" Ucap gadis itu dengan ramah nya.<br />
"Hemm mencari tumpangan, Dik. Bolehkah saya menginap disini satu malam saja?" katanya tergopoh-gopoh.<br />
"Sebentar Tuan, kupanggil ayah hamba dulu, barangkali beliau mengijinkan!" jawab gadis itu seraya meninggalkan.<br />
Tak lama kemudian Ki Buyut Kancur menemui tamunya. Terjadilah pembicaraan antara keduanya. Ki Patih menceritakan jati diri nya dan apa tujuan kedatangan nya. Akhirnya Ia diterima menginap di rumah Ki Buyut.<br />
Sebenarnya Patih amat lelah, namun hampir semalam tidak dapat memejamkan mata walau sekejap. Di benaknya hanya terbayang wajah gadis cantik putri Ki Buyut. Patih Sidapaksa cinta kepada gadis desa Parang Alas itu.<br />
Pagi harinya, Ia memutuskan untuk melamar Sri Tanjung. Ki Buyut menerima lamaran itu demikian juga Sri Tanjung, Ia tidak menolak. Entah kenapa ia sangat tertarik kepada pemuda perkasa itu. Perkawinan pun dilakukan dengan amat sederhana, sesuai dengan desa yang memang sepi itu.<br />
Dengan bantuan Ki Buyut, Patih Sidapaksa dapat menangkap seekor menjangan muda. Ini berarti ia dapat kembali ke Istana menghadap Raja. beberapa hari kemudian, Patih berpamitan kepada Ki Buyut untuk kembali ke Istana.<br />
Dengan se ekor menjangan muda yang masih hidup, Patih Sidapaksa bersama istrinya Sri Tanjung menghadap raja. Raja sangat gembira, sebab idam-idaman permaisuri telah terpenuhi. Namun begitu melihat kecantikan Sri Tanjung, Iman Raja goyah dan hati nya bergejolak, ia ingin memilikinya. oleh karena itu dicarinyalah akal.<br />
Agar maksudnya tercapai Raja menyanjung dan berterima kasih atas keberhasilan Patih atas melaksanakan perintah nya. " tatapi Patih. Sabdanya kemudian. " Masih ada satu tugas lagi yang harus engkau kerjakan, yaitu mencari "tumbal" agar Kerajaan Sindureja menjadi negara yang kuat dan kokoh. Tumbal yang di maksud adalah dua benda keramat yaitu tiga lingkaran emas dan tiga gulung janggut putih. Kedua benda tersebut hanya ada di negeri Indran."<br />
"Bagaimana Patih apakah engkau sanggup menerima tugas ini?" tanya sang raja.<br />
" Hamba sanggup, Gusti. hanya hamba menitip istri hamba agar terjaga keselamatannya," jawab Patih dengan suara bergetar.<br />
"Bagus". Ucap Raja dengan penuh kemenangan.<br />
saat padi menjelang, dengan amat sedih Patih Sidapaksa berpamitan kepada Sri Tanjung. berangkatlah Ia ke negeri Indran yang amat jauh. Menurut cerita orang Negeri Indran adalah negeri Jin yang amat angker siapapun yang datang ke negeri itu takkan pernah bisa kembali.<br />
Akhirnya, pada hari ke empat puluh sampailah Ia ke negeri Indran. Negeri itu amat Indah, ramai dan penduduknya sangat ramah lebih-lebih raja nya ia amat baik dan bijaksana. Tanpa kesukaran sedikitpun di peroleh nya "Tumbal" yang di carinya itu dan dengan bangga Ia pulang ke negeri nya.<br />
Sri Tanjung siang malam selalu berdoa agar suaminya selamat dalam perjalanan dan berharap cepat kembali. Ia ketakutan, sebab selalu diganggu Raja yang meminta dan merayu agar mau untuk dijadikan isterinya. Bahkan Raja mengatakan Patih Sidapaksa telah gugur dalam melakukan tugas ke negeri Indran. Sri Tanjung selalu menolak ajakan sang raja karna ia percaya suaminya selamat.<br />
Dengan tak disangka-sangka, Patih Sidapaksa datang dan terus menghadap raja. Raja amat terkejut sebab ia beranggapan bahwa Sidapaksa telah mampus dicekik Jin di negeri Indran. Namun, dia mencoba bersikap ramah, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Raja berterima kasih atas keberhasilannya. Dia meminta maaf karena tidak bisa menjaga Sri Tanjung. Dikatakannya bahwa sepeninggalnya, Sri Tanjung telah berkali-kali menyeleweng dengan pengawal-pengawalnya.<br />
Rupanya, Fitnah Raja itu termakan benar di hati Patih. Ia sangat marah dan langsung pulang tanpa pamit. Tanpa di selidiki dahulu kebenaran apa yang dikatakan raja. Ia akan menghunus keris untuk membunuh Sri Tanjung. Namun, sebelum ajal nya tiba ia sempat berpesan. Katanya " Kakanda, Adinda rela mati meskipun tidak tahu sebabnya. Adinda mohon sudilah kakanda membuang mayat Adinda ke sungai jika nanti bau air sungai nanti amis, itu menandakan bahwa adinda bersalah. Tetapi, jika banyu (Air)sungai nanti berbau wangi (harum) itu pertanda adinda suci."<br />
Antara mendengar atau tidak, Sidapaksa segera menancapkan kerisnya, Sri Tanjung roboh dan meninggal seketika. Dengan kemarahan yang memuncak, mayatnya di lemparkan ke sungai. Begitu mayatnya menyentuh air sungai, bau harumpun semerbak tercium oleh Patih Sidapaksa kemudian Ia sadar dan teringat akan pesan Sri Tanjung. Istrinya tak bersalah. Ia suci.<br />
Sambil menyesali perbuatannya, Ia lari mengikuti aliran sungai itu, Ia meraung-raung sambil berteriak, "Banyuwangi,banyuwangi,banyuwangi!" Sejak saat itu sampai sekarang daerah itu dan sekitarnya dinamakan orang Banyuwangi (Banyu = Air, wangi = harum. Arti selengkapnya : Air yang harum baunya.<br />
Arwah Sri Tanjung ternyata belum di terima oleh para Dewa di kayangan sebab masih belum tiba saatnya. Ia kembali ke dunia dan terus pulang keruamah orang tuanya di desa Parang Alas. Disana Sri Tanjung menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh kebahagiaan.Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-42757668103654839222010-11-10T23:19:00.001+07:002010-11-12T16:28:07.029+07:00Potre Koneng Di Sumenep Madura<div style="text-align: justify;">
Terdapat di Sumenep di Pulau Madura Jawa Timur dijuluki dengan “Potre
Koneng” (Putri Kuning) Oleh warga Madura Julukan ini ada dikarenakan di Keraton
Sumenep pada jaman dahulu kala hiduplah seorang permaisuri Keraton Sumenep yang bernama Ratu Ayu Tirto Negoro yang cantik jelita memiliki kulit kuning langsat dan bersih dan putri tersebut berasal dari negeri Cina. <span id="more-268"></span></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Uniknya untuk menghormati sang putri tersebut atap Keraton Sumenep diberi warna kuning yang hampir sama dengan kulit sang putri.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembangunan Keraton Sumenep Madura didirikan pada pertengahan kedua abad ke-18 atas
prakarsa Raja Sumenep, yaitu Penembahan Sumolo atau Tumenggung Arya
Nata Kusuma.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Arsitek Keraton Sumenep Madura pada saat itu oleh seorang dari negeri China bernama Liaw Piau Ngo. yang memadukan gaya arsitektur Eropa, China, dan Jawa dan menghasilkan sebuah bangunan yang unik dan artistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak wisatawan dapat melihat langsung
hasil perpaduan budaya Jawa, Eropa, dan Cina yang membentuk bangunan
yang terdapat pada Keraton Sumenep.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bangunan Keraton Sumenep juga terdapat nuansa dari
keraton Jawa dimana pilar-pilar dan lekuk ornamennya yang bergaya Eropa dan juga rangkaian atap yang menyerupai atau mirip kelenteng Cina.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Umumnya komposisi bangunan yang terdapat pada Keraton Sumenep Madura tidak berbeda
jauh dengan keraton-keraton di Jawa yang mana sama-sama memiliki pendopo
yang cukup luas untuk menerima tamu dan juga ruang untuk peristirahatan raja, bahkan terdapat
lokasi pemandian untuk permaisuri dan putri-putri raja.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Labang Mesem”(Bahasa Madura) yang artinya adalah pintu senyum terdapat pada gapura Keraton Sumenep yang melambangkan keramahan keraton
terhadap para tamu yang berkunjung.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat “Kantor Koneng” dimana letaknya yaitu pada sisi kanan Keraton yang berfungsi sebagai ruang kerja raja Sumenep pada saat masa itu dan pada masa sekarang difungsikan sebagai museum tempat penyimpanan koleksi peralatan rumah tangga keraton. Wisatawan juga dapat mengunjungi Masjid Jamik Sumenep yang
mana usia Masjid Jamik Sumenep tak berbeda jauh dengan usia Keraton Sumenep Madura.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keraton Sumenep
dan Masjid Jamik Sumenep terletak di pusat kota Kabupaten Sumenep, Madura,
Jawa Timur.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk sampai Kota Kabupaten Sumenep wisatawan harus menyeberangi
pantai utara Jawa melewati Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju
Pelabuhan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura dengan memanfaatkan jasa
kapal feri. Lama perjalanan kira-kira setengah jam dengan biaya sekitar
Rp. 3.500.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wisatawan juga bisa melintasi Pantai Utara dengan melewati Jembatan Suramadu yang megah dengan panjang sekitar 5.4328 km dari Surabaya dengan menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk melintasi Jembatan Suramadu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelabuhan Kamal Madura ini terletak di ujung barat pulau Madura dan letak
Keraton Sumenep berada di ujung timur pulau Madura yang berjarak tempuh sekitar100
km dari Pelabuhan Kamal dengan melintasi beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep itu sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sekitar Keraton Sumenep wisatawan dapat memperoleh
keterangan atau cerita rakyat setempat yang mana belum termuat pada buku manapun mengenai sejarah dan perkembangan keraton Sumenep.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wisatawan juga bisa menginap di hotel yang mana terdapat di sekitar Keraton Sumenep dengan harga yang terjangkau.<br />
Sumber : </div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-9405623801790902832010-11-10T21:37:00.000+07:002010-11-10T21:37:48.555+07:00Batik Madura Dipamerkan di NDF 2010Nusa Dua (Antara Bali) - Batik dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari Madura, Jawa Timur, dengan corak dan warna yang sangat khas, ikut dipamerkan dalam ajang Nusa Dua Fiesta (NDF) 2010.<br /><br />Imaniyah, pengusaha "Batik Shalempang Madura" saat ditemui di anjungan batik di Nusa Dua, Senin menjelaskan bahwa pihaknya sudah lama mempersiapkan karya batik yang terbaik untuk dibawa ke ajang NDF di Bali.<br /><br />"Batik kami, sebagaimana batik Madura pada umumnya menggunakan warna-warna mencolok, seperti merah, coklat dan hitam dengan motif, antara lain dikenal sebagai motif Rawan dan Sekar Jagad," katanya.<br /><br />Motif batik Rawan, katanya, menggunakan perpaduan dua macam warna dan ini yang paling terkenal.<br /><br />Dikatakan, pembuatan kain batik motif tersebut mengunakan warna alami dan merupakan batik tulis, sehingga proses pembuatannya juga membutuhkan waktu berbulan-bulan sehingga pantas harganya cukup mahal.<br /><br />Untuk satu potong kain batik motif Rawan serta Sekar Jagad ukuran 2,5 meter, kata dia, rata-rata dijual dengan harga Rp5 juta ke atas, sedangkan untuk kain batik Madura yang coraknya modern dan pengerjaanya menggunakan warna sintetis dijual mulai dari harga Rp30 ribu hingga ratusan ribu rupiah per potong.<br /><br />"Harga ditentukan oleh motif, proses pembuatan serta tingkat kesulitan pembuatannya," kata Imaniyah.<br /><br />Dikatakan, dalam ajang ini animo masyarakat dan wisatawan asing berkunjung ke anjungan pamerannya cukup banyak.<br /><br />"Dalam setengah hari ini saja sudah laku enam potong kain batik seharga Rp300 ribu, diperkirakan permintaan akan membludak pada saat penutupan kegiatan NDF pada Selasa (19/10)," ucapnya.<br /><br />Sementara di anjungan terpisah, Wahyu Diono, perajin serta pemilik usaha "Batiku-Batikmu dan Batavia Kreatifitas" dari DKI Jakarta mengungkapkan, ada dua jenis batik yang ditawarkan, yaitu batik tradisional dan batik modern.<br /><br />Untuk batik tradisional, kata dia, lebih mengutamakan corak-corak tradisional dominan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dari daun serta getah kayu. <br /><br />Sedangkan batik modern terkadang ada yang menggunakan bahan alami dan ada pula yang menggunakan bahan pewarna sintetis, serta motifnya juga tidak terlalau tradisonal, namun tetep mencirikan daerah.<br /><br />"Seperti halnya batik motif Betawi. Batik ini lebih menonjolkan budaya Betawi seperti motif ondel-ondel, kecapi, burung hong, tanjidor dan lainnya," katanya.<br /><br />Dijelaskannya, pengerjaan batik tulis maupun stempel dengan harga yang ditawarkan mulai dari Rp350 ribu hingga Rp750 ribu ke atas.<br /><br /><div style="text-align: justify;">
"Minat masyarakat terhadap batik saat ini cukup tinggi dan sudah merambah semua kalangan. Karena para pegawai diwajibkan dalam lingkungan kantornya menggunakan batik," katanya </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : Antara news</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-76344439589319885292010-10-31T16:28:00.000+07:002010-10-31T16:28:56.163+07:00Musik Tradisional Madura, Sajian untuk Obama di Istana Negara<span style="font-weight: bold;"></span>Pamekasan :Kelompok musik
tradisional Semut Ireng asal Kelurahan Parteker, Pamekasan, Madura,
Jawa Timur, akan pentas di Istana Negara bulan November 2010 guna
menyambut kedatanga Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
<br /><br />"Ini sesuai dengan undangan yang kami terima dan pada tanggal 8
November mendatang kami diminta telah tiba di Istana Negara," kata
pembina musik tradisional Daul Semut Ireng, Hannan, di Pamekasan, Senin
(25/10).
<br /><br />Sesuai dengan undangan yang diterima, kata Hannan, rencana
pementasan kelompok musiknya itu, memang untuk menyambut kedatang
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
<br /><br />Menurut dia, pementasan kelompok musik Semut Ireng di Istana
Negara pada November nanti itu merupakan ajang pementasan keempat dalam
kurun waktu dua tahun terakhir ini. "Penampilan pertama pada 2008
menyambut kedatang Presiden Ekuador. Selanjutnya pada tahun 2009
sebanyak dua kali pementasan," katanya menambahkan.
<br /><br />Hannan menjelaskan, pementasan pertama untuk menyambut kunjungan
kerja Perdana Menteri Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah.
Sedangkan pementasan kedua di tahun yang sama dalam rangka memperingati
Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI.
<br /><br />Kasi Pembinaan Seni Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisi, Dinas
Pemuda Olah Raga dan Kebudayaan (Disporabud) Pamekasan Halifaturrahman
membenarkan adanya undangan pementasan terhadap kelompok musik daul
Semut Ireng ke Istana Negara pada November itu. "Kami memang telah
mengetahui hal itu dan pementasan kelompok musik Semut Ireng di Istana
Negara memang bukan yang pertama kalinya," kata Halifaturrahman.
<br /><br />Kelompok musik daul Semut Ireng sering diundang pentas di Istana
Negara, setelah sebelumnya kelompok musik asal Kelurahan Parteker ini
berhasil meraih juara dalam lomba musik tradisional tingkat nasional.<br />
<br />
Sumber ; http://www.mediaindonesia.comOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-63070916663248335272010-10-07T17:56:00.001+07:002011-02-28T00:10:15.945+07:00Gamelan MaduraDapat dipastikan Gamelan Madura adalah pungutan dari Gamelan Jawa dan merupakan karya ciptaan kaum bangsawan keraton yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kebangsaan Jawa hubungan kekerabatan itu adalah Keraton Sumenep dan Keraton Solo yang sangat mungkin mendorong masuknya jenis kesenian seperti Gamelan,tembang macapat, mungkin juga tayuban dan wayang topeng. Kini kesenian setidaknya hidup baik di perdesaan maupun di perkotaan, bahkan lebih menonjol lagi di desa meskipun telah mengalami berbagai transformasi *<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinIZOYFg8xGyp7LPdRw3B0Et3iNl0to-MipWKhW8jVP0sKHQqz6xkC4kHlQuCblkhNW8KVr2O5YloRcDcVMGzD3ltaAmEs1M_80z4G61Mk99HQvoIUtWgqWTptzKLEh1j_BNBkVWsZFTSb/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinIZOYFg8xGyp7LPdRw3B0Et3iNl0to-MipWKhW8jVP0sKHQqz6xkC4kHlQuCblkhNW8KVr2O5YloRcDcVMGzD3ltaAmEs1M_80z4G61Mk99HQvoIUtWgqWTptzKLEh1j_BNBkVWsZFTSb/s1600/images.jpeg" /></a></div><br />
Bahasa Madura mengenal beberapa istilah untuk menyebut beberapa perangkat Gamelan itu : <i>Tabbhuwan</i>, <i>Kleningan atau Kaleningan,keleningan dan Ghamellan. </i>Istilah-istilah itu tidak digunakan secara teratur dan mempunyai arti yang kurang lebih sama. <i>Thabbuwan </i>cenderung digunakan untuk orkes sebagai ensembel instrument. Istilah <i>Ghamellan</i> menyangkut suatu perangkat lengkap yang menyertai acara <i>Tayuban</i>.<br />
Pada abad-abad terakhir masa Jawa Timur (Hindu) bagian-bagian dari gamelan seperti yang terdapat sekarang praktis sudah ada semua,instrumen yang yang membentuk Gamelan dikenal dan telah dimainkan pada jaman Singasari dan Majapahit, tidak ada bukti instrumen-instrumen itu telah dikombinasikan untuk membentuk <i>ensambel </i>seperti Gamelan modern. Dapat di duga dan pasti tidak jauh dari kebenaran bawa pada abad-abad akhir masa Hindu-Jawa terdapat dua tipe utama perangkat Gamelan.yang pertama adalah suatu kombinasi perangkat feminim yang mencakupi berbagai instrument yang bersuara halus, yang digunakan untuk musik kamar, misalnya <i>Gender</i>, <i>Ghambhang </i>dan<i> Suling</i>. yang kedua adalah sebuah <i>ensambel</i> maskulin untuk penggunaan maskulin pula dan terdiri dari instrumen besar yang bersuara keras misalnya <i>Ghendang</i>, simbal (yang kini hampir hilang di Jawa, tetapi masih populer di Bali) serta berbagai jenis Gong, baik gong yang di gantung ataupun yang ditaruh di lantai. Kemungkinan besar perangkat itu dimainkan di luar, diperkemahan serdadu, digunakan untuk musik perang dan untuk membuka dan mengiringi upacar-upacara (di Candi-candi) <br />
Gamelan Madura hampir selalu di setem berdasarkan dasaran nada pentatonis salindru (juga salendro atau salendru: berasal dari salendro dalam bahsa jawa dan bahasa indonesia) yang terdiri dari lima not yang berjarak hampir sama di dalam satu oktaf. Dasaran nada <i>pelog</i>(terdiri dari 6 atau 7 terbagi di dalam satu oktaf berdasarkan kedua pelog yang ada) bersama salindru hanya digunakan dahulu di Keraton Sumenep sesuai dengan kebiasaan Gamelan jawa. peta-peta yang berdasarkan dari suatu survei resmi yang dilakukan beberapa waktu sebelum tahun 1933 di kalangan regen jawa dan madura untuk mengetahui jumlah gamelan dan wayang yang ada di daerah kekuasaan mereka, menunjukkan bahwa daerah Batuputih Sumenep didominasi oleh orkes <i>slendro</i>(tak lebih dari 20% adalah orkes yang menggunakan pelog); daerah sumenep sementara di catat sebagai satu daerah dimana dasaran-nada slendro dominan untuk musik vocal, dengan satu Gamelan per 3001-4000 jiwa. selain itu bahwa lagu kanak-kanak di Madura selalu menggunakan dasaran-nada slendro dan tak pernah menggunakan dasaran nada pelog. Di bawah ini tertulis nama Madura untuk tiap-tiap not dari dasaran nada slendro itu.<br />
<i>petthet</i>,<i> raja, tenggu', lema', barang, petthet kene'</i><br />
<i></i><i> 1 2 3 5 6 i </i><br />
Gamelan adalah orkes yang terdiri dari metalofon dan ghendhang berkulit dua. Suling (<i>soleng)</i>, yaitu instument tiup dari bambu, kadang-kadang dimasukkan dalam orkes itu seperti juga <i>siter</i> dan sebuah xilofon 9 ghambang). Pemain berjumlah antara sembilan dan empat belas orang. Penyusunan orkes tergantung pada fungsinya apakah untuk pementasan topeng, ludruk (loddrok),tayub atau tembang mamaca.<br />
<br />
* Adanya perangkat Gamelan di Madura, terutam yang berpusat si Kabupaten Sumenep, merupakan akibat pengaruh Jawa lewat kerajaan-kerajaan di Madura. Keraton-keraton Sumenep dan Bangkalan erat sekali hubungan kekerabatan mereka dengan kerajaan-kerajaan jawa, lebih-lebih setelah jaman Mataram. bahkan seni <i>karawitan</i> telah berkembang dan hidup di kalangan para bangsawan Madura saja. ketika pengaruh mereka merosot, Gamelan ikut merosot.Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-79316015505813983212010-09-27T13:04:00.000+07:002010-09-27T13:04:59.846+07:00<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixstvRo-iYcpNeEx19h3uovoEkeDFzAxuw4-avXNg63rIRT2pfv46j3Ol8OzJ8yNxnvobdoR0FB2Rf3H8CuyerWmFlg4nSPS0ot7RZ5UUehvc1aTATJo1sIk5MshL50NbztBuarHXUoAYN/s1600/20100927_121357_a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixstvRo-iYcpNeEx19h3uovoEkeDFzAxuw4-avXNg63rIRT2pfv46j3Ol8OzJ8yNxnvobdoR0FB2Rf3H8CuyerWmFlg4nSPS0ot7RZ5UUehvc1aTATJo1sIk5MshL50NbztBuarHXUoAYN/s1600/20100927_121357_a.jpg" /></a></div>
Bupati Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Fuad Amin Imron, mengatakan kunjungan wisatawan diharapkan akan meningkat di Madura dengan adanya gelar lomba karapan sapi secara rutin setiap bulan di wilayah tersebut. <br /><br />"Dulu karapan sapi hanya digelar setiap tahun sekali, namun ke depan ini akan kami gelar setiap bulan, sehingga kunjungan para wisatawan diharapkan akan terus meningkat," kata Fuad Amin Imron di Bangkalan, Senin (27/9). <br /><br />Bupati menjelaskan upaya yang akan dilakukan Pemkab Bangkalan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di wilayah setempat, sebagai upaya mendukung program "Visit East Java 2010" yang dicanangkan Pemprov Jatim. <br /><br />Menurut Fuad Amin, budaya karapan sapi merupakan ikon budaya masyarakat Madura yang sudah dikenal luas di berbagai negara di dunia. <br /><br />Hanya saja, sambung Fuad, kegiatan pelaksanaan karapan sapi selama ini jarang dilakukan, yakni hanya setahun sekali, sehingga para wisatawan yang tidak memiliki banyak kesempatan untuk melihat balapan sapi tersebut. <br /><br />"Jika nantinya digelar setiap bulan maka kami yakin kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangkalan juga akan meningkat, khususnya para wisatawan asing," ucapnya optimistis. <br /><br />Rencana kegiatan karapan sapi oleh Pemkab Bangkalan akan dilakukan setiap akhir bulan, kecuali pada bulan Oktober, karena pada bulan itu bersamaan dengan gelar lomba karangan sapi yang memperebutkan Piala Presiden. <br /><br />"Setiap akhir bulan, kami akan menggelar karapan sapi, kecuali bulan Oktober. Sebab, bersamaan dengan even terbesar yakni Piala President," tutur Fuad Amin Imron. <br /><br />Ia juga berharap, dengan kegiatan rutin karapan sapi itu bisa mendongkrak pamor pariwisata di Kabupaten Bangkalan. Secara otomatis bisa mengangkat objek wisata yang lain. <br /><br />"Kalau sudah banyak wisatawan yang berkunjung ke sini, bisa dipastikan Bangkalan akan lebih maju seperti daerah lain," ucapnya. <br /><br />Fuad menjelaskan, kegiatan karapan sapi yang akan digelar setiap bulan itu sudah mendapatkan persetujuan dari Pemprov Jatim.<br />
Sumber : Media IndonesiaOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-85759043761667627112010-09-27T12:59:00.000+07:002010-09-27T12:59:45.091+07:00Mantan Mang Leter Bung Leter Khas Madura<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTXD6_Iv9Y7WURxJ0qZYsdlFA9H-ZUqLj560W69iJLU5FjXN6ZOHmIZHhArduy4z6gqKq1Wwa01dxO74_VyqfnousvqIPhoRhrqOuZjg4wMJWP7uMAZtZmDPmUtygdVXsWy5JqpeIIKjb/s1600/mantan_leter.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTXD6_Iv9Y7WURxJ0qZYsdlFA9H-ZUqLj560W69iJLU5FjXN6ZOHmIZHhArduy4z6gqKq1Wwa01dxO74_VyqfnousvqIPhoRhrqOuZjg4wMJWP7uMAZtZmDPmUtygdVXsWy5JqpeIIKjb/s320/mantan_leter.jpg" width="320" /></a></div>
Mantan Mang Leter Bung Leter merupakan salah satu tradisi kuno adat madura. Yang penekanannya terletak pada salah satu rangkaian acara pernikahan. Yakni, saat mempelai pria diantar oleh seluruh sanak keluarganya menuju kediaman mempelai wanita dengan mengendarai belasan kereta kuda secara beriringan.<br /><br />Selain sebagai wujud penganugrahan restu dari seluruh pihak keluarga, prosesi itu juga mengandung rasa kebersamaan dan bukti kerelaan seluruh keluarga melepas mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita.<br /><br />Rombongan kirab juga melibatkan para undangan yang diharapkan menjadi saksi bahwa pasangan pria dan wanita telah sah menjadi suami dan istri. Puncaknya, lantunan seronen (alat musik tiup khas Madura) dan gamelan madura serta atraksi jaran kencak menjadi hiburan utama yang melengkapi kegembiraan kedua mempelai seusai penyampaian ikrar akad nikah.<br />
Sumber : pulau-madura.comOnxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5714189638266489059.post-5963666844827171892010-09-25T16:01:00.002+07:002011-01-28T11:17:33.250+07:00Kerajaan Mataram KunoKerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Sf7jmhoZQq0uAD8DljonH95aFc8qraq20cjkzN3cRXVKp3BBZzAq7eW5d3iFPL4z6muX8-zsSv-KGvEUGT09PZCAo0s2brBkiCbpJRy2rxW2wVJKd_5IbC5fwQf5MODdJ2eySdA7IQVE/s1600/mataram-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0Sf7jmhoZQq0uAD8DljonH95aFc8qraq20cjkzN3cRXVKp3BBZzAq7eW5d3iFPL4z6muX8-zsSv-KGvEUGT09PZCAo0s2brBkiCbpJRy2rxW2wVJKd_5IbC5fwQf5MODdJ2eySdA7IQVE/s1600/mataram-01.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://msmunir.batan.go.id/sejarah_kediri/mataram-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><i>Komplek Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan peninggalan candi Hindu pada masa Kerajaan Mataram Kuno.</i><br />
<br />
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.<br />
<br />
Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.<br />
<br />
Kerajaan Mataram di Jawa Tengah<br />
<br />
Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendraa. Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan Mataram Kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat.<br />
<br />
Setelah Raha Sanjaya wafat, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra. Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra. Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsa Sailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).<br />
<br />
<br />
Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta Kerajaan Mataram Kuno. Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam peperangan. Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke P. SUmatra dan menjadi raja Sriwijaya.<br />
<br />
Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi perebutan kekuasaan di antara para pangeran Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir dengan tiba-tiba. Diduga kehancuran kerajaan ini akibat bencana alam karena letusan G. Merapi, Magelang, Jawa Tengah.<br />
<br />
Kerajaan Mataram di Jawa Timur<br />
<br />
Setelah terjadinya bencana alam yang dianggap sebagai peristiwa pralaya, maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa, Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan ini di Watugaluh (wilayah antara G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik takhta kerajaan pada 929 dan berkuasa hingga 948. Kerajaan yang didirikan Mpu SIndok ini tetap bernama Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluass hingga ke Jawa Timur. Setelah masa pemerintahan Mpu Sindok terdapat masa gelap sampai masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga (1020). Sampai pada masa ini Kerajaan Mataram Kuno masih menjadi saatu kerajaan yang utuh. Akan tetapi, untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Kerajaan Pangjalu dan Janggala.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRYWJttzre9FIEhd5inRG8voiPyzjMz_P4khJD84XTHKLTsHezZVWQJzDiYVBqhCEJKspva9JALjGISsoUMs-d7VNoyP79gTIsZhBhj0vIqNhyZU_gWHb01uRYzkBtwk5z-g3OVCfjemWr/s1600/mataram-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRYWJttzre9FIEhd5inRG8voiPyzjMz_P4khJD84XTHKLTsHezZVWQJzDiYVBqhCEJKspva9JALjGISsoUMs-d7VNoyP79gTIsZhBhj0vIqNhyZU_gWHb01uRYzkBtwk5z-g3OVCfjemWr/s1600/mataram-02.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://msmunir.batan.go.id/sejarah_kediri/mataram-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><i>Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlatar agama Buddha. Atas: Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlatar agama Buddha.</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgylyGiAa2xfKjPOfK56az4rCydTvV5ajNSSZt_jrtef2VdxZOEDACySZtUrsctzjuFFohlaiRjwtkhfX9S973yQYF5DynoJl_OKC5Pd-XjNFylyTcR-Tc77Fi6WFlbCl7sTnJraaquLPN_/s1600/mataram-03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgylyGiAa2xfKjPOfK56az4rCydTvV5ajNSSZt_jrtef2VdxZOEDACySZtUrsctzjuFFohlaiRjwtkhfX9S973yQYF5DynoJl_OKC5Pd-XjNFylyTcR-Tc77Fi6WFlbCl7sTnJraaquLPN_/s320/mataram-03.jpg" width="226" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://msmunir.batan.go.id/sejarah_kediri/mataram-03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><i>Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan. Atas : Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan.</i><br />
<br />
<br />
TAHUKAH KAMU<br />
Bencana alam karena letusan G. Merapi yang mengakibatkan berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno dianggap sebagai paralaya atau kehancuran dunia.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9FEHmWJSlYoEUDJJhU12bPXmE6gii2nAOtvIyFDjoo8GFO_b0980O06HbVeJxmxqdNeJ9iGRQmp5aQwBJPFLzvM53D8TaLitP_2KcyzNDF3OLkVFx4Vl3yFW4YgV3BsgHFfefYglhO3WG/s1600/mataram-04.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9FEHmWJSlYoEUDJJhU12bPXmE6gii2nAOtvIyFDjoo8GFO_b0980O06HbVeJxmxqdNeJ9iGRQmp5aQwBJPFLzvM53D8TaLitP_2KcyzNDF3OLkVFx4Vl3yFW4YgV3BsgHFfefYglhO3WG/s1600/mataram-04.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://msmunir.batan.go.id/sejarah_kediri/mataram-04.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><i>Candi Gedong Songo di Ungaran, Jawa Tengah, merupakan candi peninggalan Kerjaan Mataram Kuno. Atas : Candi Gedong Songo di Ungaran, Jawa Tengah, merupakan candi peninggalan Kerjaan Mataram Kuno.</i><br />
<br />
Sumber : Syukur, Abdul, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar , Jilid 6, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005. Halaman 161.Onxshttp://www.blogger.com/profile/09116147164213168607noreply@blogger.com0