Legenda Gunung Semeru Jawa Timur

Pada zaman dahulu, tanah Pulau Jawa senantiasa bergoyang. Gempa hampir terjadi setiap waktu, saat itu Pulau Jawa masih belum ada penghuninya sehingga tidak terjadi korban jiwa.
Melihat keadaan Pulau Jawa para Dewa merasa sangat prihatin. Jika keadaan tersebut dibiarkan, Pulau Jawa selamanya tidak dapat dihuni manusia. Itu sebabnya, dengan berbondong-bondong para dewa menghadap Batara Guru yang menjadi pemimpin mereka.
" Sampai sekarang Pulau Jawa masih terus bergoyang kalau tidak segera di atasi, Pulau itu selamanya tidak akan ditempati. Karena itu, Mohon Pukulun ( Tuan ) memikirkannya," kata Dewa Wisnu.
Mendengar laporan tersebut, Batara Guru berpikir keras untuk mengatasi masalah. Setelah beberapa saat merenung, barulah pemimpin para dewa itu membuat keputusan.
" Satu-satunya cara untuk membuat pulau jawa kokoh dan tidak bergoyang adalah dengan memberinya pasak. Karena itu pergilah ke Jambudipa ( India ). Potonglah Gunung Mandara separuhnya dan ambillah puncak Mahameru untuk dijadikan pasak Pulau Jawa," ujar Batara Guru.
"Mohon ampun Pukulun Gunung Mandaran itu sangat tinggi. Puncaknya yang bernama Mahameru sampai menyentuh langit. Jadi, meskipun diambil separuhnya, tetap saja sangat besar dan terlalu berat untuk diangkat serta dipindahkan. Mana mungkin diantara kami ada yang mampu melaksanakan tugas tersebut?'' kata Batara Bayu.
" Sebesar dan seberat apapun suatu pekerjaan, akan menjadi lebih mudah dan terasa lebih ringan bila dikerjakan bersama-sama . Itu sebabnya, kalian harus berangkat bersama-sama dan bergotong-royong untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Perintah Batara Guru.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi berangkatlah para dewa ke Negeri Jambudipa. Mereka bahu-membahu memotong Gunung Mandaran menjadi dua. Setelah puncak Mahameru berhasil didapatkan, barulah para dewa itu membagi tugas untuk membawanya ke Pulau Jawa.
Mula-mula, Batara Brahma yang mengubah dirinya menjadi kura-kura raksasa. Kura-kura yang besarnya tiada terkira itu dijadikan alas untuk meletakkan Mahameru.
Kemudian Batara Bayu, sang dewa kekuatan mengangkat Mahameru dengan dibantu dewa yang lain, dan meletakkan nya di punggung kura-kura.
Setelah itu Batara Wisnu mengubah diri menjadi naga raksasa yang panjangnya tidak terjangkau mata. Naga raksasa itu membelit Mahameru, agar tidak sampai terjatuh selama dalam perjalanan.
 Ketika semuanya telah siap mahameru pun dibawa terbang menuju Pulau Jawa. Pekerjaan yang sangat berat dan sulit. Namun berkat kerja keras dan kerja sama yang baik para dewa, Mahameru akhirnya sampai juga di Pulau Jawa.
Begitu gunung di letakkan di atas tanah, dari puncaknya mengalir air yang sangat jernih. Para dewa yang baru menempuh perjalanan yang sangat jauh, segera berebut mengambilnya. Mereka ingin menghapus dahaga dengan meminum air tersebut. Mereka tidak sadar bahwa air itu sebenarnya adalah Bisa/racun Kalakuta yang mematikan. Sesaat setelah meminumnya, Para dewa itu menemui ajal.
Tidak berapa lama kemudian, Batara Guru datang untuk melihat kerja para dewa. Betapa terkejut nya pemimpin para dewa itu, Mengetahui anak buahnya sudah terbujur kaku, tidak bernyawa.
" Kenapa semua Dewa mati? siapa yang telah membunuhnya? " Kata Batara Guru dalam hati.
Setelah melihat keadaan sekeliling, Batara Guru mencurigai air yang mengalir dari puncak Mahameru lah yang menjadi penyebab kematian para dewa. Untuk membuktikannya, Batara Guru meneguk air Bisa/racun Kalakuta itu.
Ternyata benar, Begitu melewati tenggorokan, leher Batara Guru seketika bagai terbakar. Batara Guru pun memuntahkannya.
Namun sudah terlambat, meski berhasil dimuntahkan, Leher Batara Guru sudah terlanjur terbakar dan tak bisa disembuhkan. Akibatnya, Pada leher Batara Guru terdapat tanda hitam yang tidak dapat dihilangkan. Sejak saat itu, Batara Guru mendapat sebutan " Nilakanta " yang artinya " leher hitam "
" Ganas sekali racun Mahameru ini. Pantas bila para dewa langsung menemui ajal begitu meminumnya," guman Batara Guru.
Akhirnya, dengan kesaktian yang dimiliki, Batara Guru mengubah Bisa/racun Kalakuta menjadi air suci pangkal kehidupan. Air itu diberi nama Tirta Kamandalu.
Tirta Kamandalu itu segera disiramkan ke semua jasad para dewa. Ajaib! Begitu tersentuh Tirta Kamandalu, Para dewa langsung hidup sebagaimana keadaan semula.


Catatan :
  • Cerita ini tergolong dongeng
  • Cerita ini merupakan asal-usul terjadinya Gunung Semeru, yang puncaknya dikenal dengan nama Mahameru.
  • Gunung Semeru terletak di Kabupaten Lumajang dan merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Tingginya 3.676 meter di atas permukaan laut.
  • Cerita ini memberi pelajaran kepada kita, seberat dan sesulit apapun suatu pekerjaan, pasti dapat dilaksanakan bila dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Jika dikerjakan secara gotong-royong maka akan terasa ringan dan lebih nudah diselesaikan.
Sumber : Grasindo, Agus Kurniawan, Jakarta

Artikel Terkait :



0 komentar:

Posting Komentar