Cinderalas Kecil


Baginda Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala, Seorang Raja yang termashur. Sayang, kadang-kadang sikapnya kurang bijaksana. Misalnya dalam menghadapi istrinya yang kedua. Baginda sering menurut saja, Bagai seekor kerbau yang ditusuk hidungnya.
Istri ke dua sang Prabu memang cantik rupawan. Namun, hatinya tidak seindah wajahnya. Wanita ini kerap dikuasai rasa dengki dan yang keterlaluan. Lebih-lebih dalam masalah  dengan istri pertama Baginda, yaitu Sang Permaisuri.
" Aku yang seharusnya pantas menjadi permaisuri!" pikir wanita pendengki itu setiap kali." Satu-satunya jalan ialah dengan menyingkirkan perempuan musuhku itu! Sebelum cita-cita ku ini menjadi kenyataan, takkan tentram perasaanku." Padahal Permaisuri itu orang baik juga terhadap istri kedua itu.
Pada suatu hari istri kedua melaksanakan rencana yang telah berhari-hari dipikirikannya.. Ia berpura-pura jatuh sakit. Sakitnya sepertinya parah sekali.
Baginda Raden Putra merasa panik sekali melihat istrinya yang tampak menderita seperti itu. Ia berusaha dengan segala cara supaya istrinya bisa sembuh kembali.
Dibutuhkan tabib dan dukun untuk menolong wanita itu. Salah seorang dukun yang sebenarnya adalh orang suruhan istri kedua menjelaskan sebab-sebab penyakit istri kedua kepada baginda.
" Sesungguhnya sakit Tuan Putri itu disebabkan perbuatan seseorang yang tidak menyukainya. Dia adalah Tuanku Permaisuri sendiri. Agaknya Tuanku Permaisuri merasa iri karena Baginda sangat menyayangi Tuan Putri. Itu sebabnya ia menaruh racun yang nyaris mematikan dalam makanan istri Paduka ini."
Mendengar laporan itu, tanpa menyelidiki lebih jauh, Baginda langsung meradang. Saat itu juga ia langsung menyuruh Patih untuk membawa permaisuri ke hutan dan membunuhnya di sana. Baginda bahkan tidak peduli bahwa saat itu permaisuri sedang mengandung.
Patih adalah orang yang bijaksana. Ia tahu sifat permaisuri. Ia juga tahu bagaimana perangai istri kedua. " Tidak mungkin Permaisuri sampai hati perbuatan keji, Seperti yang dituduhkan istri kedua itu. Permaisuri orang nya baik. Sebaliknya, Istri kedua tidak bisa dipercaya. Sayang, Baginda terlalu mudah dipengaruhi oleh perempuan pendengki itu." pikir Patih.
Atas pertimbangan-pertimbangan itu, Patih tidak sepenuhnya melaksanakan perintah Baginda. Permaisuri memang dibawanya ke sebuah hutan, Namun Patih tidak membunuhnya.
" Mulai saat ini saya anjurkan Tuanku untuk tinggal di hutan ini. Berusahalah Tuanku untuk bertahan sampai Tuanku melahirkan. Oleh kehendak Dewata, Saya percaya, pada suatu saat Tuanku akan dapat kembali ke istana," kata Patih pada Permaisuri, Setibanya di sebuah hutan yang terletak jauh dari istana.
" Akan tetapi bagaimana dengan anda, Paman Patih? Bukankah Baginda memerintahkan anda untuk membunuh saya? Baginda pasti akan menghukummu jika mengetahui anda justru melindungiku." Kata Permaisuri.
" Tentang hal itu Tuanku tidak perlu khawatir. Saya bisa mengatasinya. Saya akan meyakinkan baginda. Percayalah"
" Anda orang yang bijaksana. Terima kasih, Paman Patih," sahut Permaisuri dengan penuh rasa haru. " Kesempatan untuk hidup yang anda berikan tidak akan saya sia-siakan. Saya akan membesarkan anak saya. Semoga kelak dia dapat berjumpa dengan ayahnya." Sejak itu Permaisuri hidup di hutan itu. Sampai pada suatu hari ia melahirkan seorang laki-laki, yang kemudian di kenal dengan nama Cindelaras.
Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan cerdas. Ia bersahabat dengan binatang-binatang penghuni hutan itu dan mengerti bahasa mereka.
Pada suatu hari saat ia bermain di tengah hutan se ekor burung rajawali terbang ke arahnya. Terbang itu kian merendah lalu menjatuhkan sesuatu. Oh tenyata, Sebutir telur ayam hutan.
Cinderalas mengambil dan mengamati telur itu. Rasanya telur itu lebih besar daripada ukuran telur pada umumnya.
" Hemm, Rajawali sengaja menghadiahkan telur ini kepadaku. akan ku tetas kan telur ini!" katanya.
Lalu Cinderalas menemui ular, sahabatnya. Kepada ular besar itu Cinderalas meminta bantuan untuk "mengerami"  telur pemberian rajawali.
" Boleh saja. Taruh telur itu," kata ular.
Cinderalas pun meletakkan telur di tengah gulungan badan ular yang panjang itu.
Beberapa waktu kemudian telur tesebut menetas.
" Wah hasilnya seekor ayam jantan!" seru Cinderalasgirang. Lalu dipeliharanya ayam itu sampai besar.
Ternyata ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang nampak kekar dan kuat. Lebih mengherankan adalah bunyi kokok nya :

Bahasa Jawa :
Kukkuruyuuuk...
Jagone Cinderalas
Omahe tengah alas..
Payone godong klaras..
Bapakne Raden Putra..

Bahasa Indonesia :
Kukkuryuuuuuk..
Ayam jantan milik Cinderalas..
Rumahnya di tengah hutan..
Atapnya daun kelapa..
Ayahnya bernama Raden Putra..

Cinderalas tak habis heran mendengar bunyi kokok yang aneh itu. Oleh dorongan keingingan tahunya, Kemudian ia menanyakan makna kokok ayam itu kepada ibunya.
Permaisuri tercenung mendengar pertanyaan putra nya. " Nampaknya saatnya sudah tiba, " pikirnya. Lalu wanita itu menjelaskan asal-usul nya kepada Cinderalas. Juga, masalah yang menyebabkan sehingga ia terpaksa menyamar menjadi seorang perempuan desa dan hidup di tepi hutan.
" Wah, aku ini anak seorang Raja?" Tanya Cinderalas terkejut.
" Benar anak ku."
" Dan nama ayah ku Raden Putra?"
" Ya "
" Kalau begitu aku harus menemui Ayah."
" Itu tidak mungkin anak ku, " Permaisuri berusaha mencegah. " Pertama, Ayahmu tidaklah percaya padamu.
kedua, kalau sampai tahu, istri muda ayahmu itu pasti tidak akan tinggal diam.
" Aku akan memikirkan caranya, Bu" jawab Cinderalas.
" yang pasti saya tidak ingin ibu terus begini. hidup menderita, sementara perempuan licik itu enak-enakan hidup di istana."
Permaisuri sadar, tekad anaknya tidak mungkin di cegah.
Pada suatu hari Cinderalas turun ke desa dengan membawa ayam jantan peliharaan nya. Setibanya di desa ia menantang adu ayam kepada pemilik-pemilik ayam jantan yang dijumpainya.
Tantangan Cinderalas mendapat sambutan. Akan tetapi, ayam jantan Cinderalas ternyata sangat perkasa. Tak ada seekor ayam jantan pun dari desa itu yang bisa mengalahkannya.
" Wah, ayam ini kuat sekali!" pujiorang banyak.
Berita tentang seorang anak laki-laki yang memiliki ayam jantan segera menyebar kemana-mana. hingga akhirnya sampai ke telinga Baginda Raden Putra. Kebetulan Baginda punya kegemaran menyabung ayam.
" Aku ingin mencoba kehebatan ayam milik anak itu," ujar Baginda. " Carilah dia dan bawalah ke hadapanku."
Cinderalas pun dibawa menghadap Baginda Raja.
baginda mengamati Cinderalas dengan cermat. ' Anak ini nampak tampan dan cerdas. Sepertinya bukan anak kebanyakan," Pikir Baginda. " Siapa dia sebenarnya?"
Pada saat pandanganya beradu dengan sinar mata Cinderalas, Baginda meerasakan getaran aneh dalam dadanya. Baginda semakin merasakan sesuatu yang aneh.
" Hemm, Jadi kamu yang bernama Cinderalas, Pemilik ayam jantan yang terkenal itu? Dan itukah ayam mu?" Tanya Baginda.
" Betul, Yang Mulia "
" Aku yakin ayam ku bisa mengalahkan ayam mu."
" Kita coba saja," tantang Cinderalas dengan penuh rasa percaya diri. " Namun, Apa taruhannya Paduka?"
" Apa sebaiknya menurut kamu?" balas Baginda.
" Saya tidak punya apa-apa. maka taruhan saya adalah leher ini," jawab Cinderalas sambil menuding lehernya.
" Kalau ayam saya kalah, baginda boleh menyuruh orang untuk memenggal leher ini. Akan tetapi, Kalau saya menang, Paduka harus rela menyerahkan separuh dari kerajaan Paduka."
Baginda Raden Putra semakin terkesan melihat ketegasan dan keberanian Cinderalas. Tanpa berpikir panjang, Beliau langsung menjawab, " Setuju! dan jangan berlama-lama, sabung ayam kita mulai sekarang saja!"
" Baik, Baginda!" Cinderalas lalu melepaskan ayamnya ke arena. Demikian pula ayam Baginda Raja.
Dua ekor ayam jantan saling berhadapan. Sesudah saling menaksir kekuatan lawan, Mereka pun mulai berlaga. Lagi-lagi ayam Cinderalas menunjukkan kekuatan nya. Dalam waktu tidak terlalu lama, Ayam Baginda berhasil dibuat lari tanpa ampun ke luar arena!.
" Horeeee!!" Sorak sorak para penonton mengelu-elukan Cinderalas dan ayamnya.
Baginda Raja menatap tajam ke arah Cinderalas, lalu berkata " Aku sudah kalah dan aku tidak akan mengingkari janji ku. Tetapi sebelum ku serahkan separuh kerajaan ini kepadamu, tolong beritahu padaku siapa kamu sebenarnya."
Cinderalas balas memandang Raden Putra. Sesudah itu ia membungkuk dan membisikkan sesuatu kepada ayamnya. Saat itu juga ayam jantan itu menegakkan lehernya.
Kemudian dengan suara nyaring hewan itu berkokok berulang-ulang :

Bahasa Jawa :
Kukkuruyuuuk...
Jagone Cinderalas
Omahe tengah alas..
Payone godong klaras..
Bapakne Raden Putra..

Bahasa Indonesia :
Kukkuryuuuuuk..
Ayam jantan milik Cinderalas..
Rumahnya di tengah hutan..
Atapnya daun kelapa..
Ayahnya bernama Raden Putra..

Baginda tersentak mendengar suara kokok ayam itu. Sementara dengan sura mantap Cinderalas berkata, " Paduka sudah mendengarnya sendiri, bukan?" Nama saya adalah Cinderalas. Ibu saya adalah Permaisuri yang sah dari kerajaan ini. Ayah saya adalah Anda sendiri..."
" Jadi....Kamu anak ku? Tetapi bagaimana mungkin?" tanya Baginda terbata-bata.
Seseorang nampak maju lalu menghaturkan hormat kepada baginda. Dia adalah si Patih. Patih yang bijaksana itu lalu menuturkan duduk perkaranya kepada Baginda.
" Jadi ini semua karena ulah saya, Tuanku. Jika Tuanku menganggap saya bersalah, Silahkan menghukum saya."
Oh..tidak..tidak!" Jawab Baginda cepat." Justru kamu sangat bijaksana, Paman Patih. Kalau saja waktu itu kau benar-benar membunuh Adinda Permaisuri...ohh betapa bodoh dan cerobohnya aku!" seru Baginda sambil menepuk jidatnya.
Baginda lalu menghampiri Cinderalas kemudian memeluknya erat-erat. " Maafkan ayahmu, Nak. Ayah menyesal sekali."
Baginda nampak menyeka matanya. " Bagaimana keadaan Ibumu?"
Ibu baik-baik saja dan Ibu tidak pernah membenci ayah," Jawab Cinderalas.
" Aku akan menjemput Ibumu dan aku sendiri yang akan berangkat!"
Begitulah, Raden Putra lalu berangkat ke hutan menjemput Permaisuri. Sementara itu, Istri kedua dan komplotannya harus menanggung akibat kelicikan mereka. 
Mereka semua dijatuhi hukuman berat.
Permaisuri kembali diboyong ke istana dan hidup bahagia disamping suami dan putranya tercinta.



Sumber : Grasindo



Artikel Terkait :



0 komentar:

Posting Komentar